Basecamp Sumber Wringin
Basecamp ini terletak di pertigaan jalan menuju kearah jalur pendakian. Setelah kembali mengecek perbekalan yang ada, kami memutuskan untuk berbelanja sayuran, ikan, telur dan juga 2 tempat air 5 liter yang memang tidak kami bawa sejak berangkat. Kebetulan dibawah basecamp ini terdapat banyak warung-warung yang berjejer di sepanjang jalan.
Setelah selesai dengan perbelanjaan kami, acara selanjutnya adalah melakukan persiapan final sebelum berangkat mendaki gunung Raung. Disela-sela persiapan kami tersebut, sesekali kami bertanya dengan orang-orang disekitar kami tentang medan dan juga sumber air di gununng Raung itu. Mereka mengatakan tidak ada sumber air di jalur yang akan kami lalui. Spontan kami berdo'a semoga dalam pendakian nanti, kami diberi hujan sehingga tidak kekurangan air.
Dalam persiapan final itu juga kami membagi tugas dan berbagi beban selama perjalanan nanti. Saya mendapat bagian untuk membawa air 10 liter, konsumsi, 2 kompor, 3 tabung gas, misting, tenda, parang dan perlengkapan pribadi lainnya. Dan ternyata memang tidak muat untuk dimasukkan ke dalam 1 carrier 90L. Makanya dari awal kita sudah mempersiapkan tas cadangan. Wah jadi double tas dong? Hehe.. no problem, kan udah kesepakatan kita. Gopex Nyoss sendiri membawa 1 Carrier Bogaboo 100 nya full amunisi, termasuk 2 sleeping bag di dalamnya serta alat dokumentasi.
Setelah semua dirasa siap, akhirnya kami sepakat untuk ke Pondok Motor dengan mengenakan jasa ojek. Bukan karena tidak sanggup jalan sih :) tapi karena pertimbangan waktu juga kalau harus ditempuh dengan jalan kaki. Dan ternyata benar, medan yang dilalui tidak semudah yang dibayangkan. Untuk jarak yang 7 km, kami harus menempuh waktu hampir 1 jam dengan menggunakan motor.
Tapi disitulah asiknya perjalanan bermotor menuju pondok motor. Pondok Motor? hm.. mungkin karena pos ini biasa di capai dengan menggunakan motor, sehingga dinamai Pondok Motor. Sepanjang jalan menuju pondok motor, kami melalui jalanan aspal, dilanjutkan batuan yang disusun cukup rapi meski sesekali motor harus bermanuver menghindari lubang maupun batu yang menonjol cukup besar.
Selepas jalanan berbatu tadi, driver kami mengalihkan rute ke jalur tanah, ternyata berupa perkebunan kopi. Diantara lebatnya pohon-pohon kopi yang berdiri di kanan kiri jalur yang kami lewati, sesekali motor bermanuver, saya sendiri memandangi driver kami berdua begitu lincahnya memainkan gas, tangan dan bahkan kaki mereka demi menjada keseimbangan dan kecepatan motor saat berlari di antara sela pepohonan yang bisa bikin orang bingung manakala melaluinya, karena banyak diantara pendaki yang sengaja berjalan kaki ke pondok motor, justru mengalami salah jalur saat melalui daerah itu.
Sesekali melintasi jalur yang basah dan licin, tidak jarang pula motor sliding tapi alhamdulillah, kaga sampai terjatuh. Kami sempat takjub melihat kelihaian para driver ini dalam dalam membawa lari motor mereka melintasi medan dengan membawa tas carrier ukuran besar kami di dekat kemudi.
Akhirnya setelah hampir 1 jam, tiba juga kami di Pos Pondok Motor. Sebuah perjalanan bermotor yang sungguh melelahkan dan sekaligus membangkitkan adrenalin kita. Pokoknya kalau tadinya ngantuk, maka dijamin jadi seger lagi deh :)) Hanya ucapan terimakasih dan selamat jalan yang terucap di akhir-akhir kepergian para driver itu. Kami pun menyambutnya dengan hangat.
Pondok Motor
Tinggallah kami berdua siang itu di Pos Pondok Motor. Beberapa saat kami merilekkan otot yang serasa tegang karena aksi manuver motor tadi, dilanjutkan dengan persiapan paling akhir yaitu mengenakan sepatu kami. Ya, saya sarankan kita menggunakan sepatu ketika mendaki gunung Raung ini. Mengatur bekal makanan ringan selama perjalanan, air minum serta tidak lupa permen. hehe permen jo.. :))
Setelah berdo'a memohon kepada sang pencipta supaya melindungi kami selama perjalanan nanti, sekaligus menguatkan niat kami dalam menempuh medan dihadapan kami, akhirnya sekitar pukul 13.00 siang kami malangkahkan kaki kami menyusuri jalur pendakian ke puncak Raung.
Langkah demi langkah kami melaju, sesekali canda-tawa kami keluar. Berjalan menyusuri perkebunan kopi dan ladang penduduk sebelum kami menginjakkan kaki ke rimbunnya hutan. Ketika tanpa sadar kami telah memasuki hutan gunung raung. Ada beberapa jalan ke kanan maupun kiri jalur, tetapi dari informasi yang kami dapatkan, maka kami terus saja melangkahkan kaki kedepan, karena memang disarankan untuk tidak mengambil jalan yang belok ke kanan maupun kekiri yang menyimpang dari jalur.
Ketika kami berjalan sekitar 1,5 jam ternyata doa kami langsung terkabul. Dari langit, air meluncur menembus rimbunnya pepohonan dan menerpa kami. Awalnya kami berharap bahwa itu adalah cuma gerimis. ternyata makin lama air makin deras yang memaksa kami untuk berhenti dan segera mendirikan tempat perlindungan darurat. Untung kami membawa flesit yang bisa diandalkan. Setelah 10 menit berlalu, akhirnya shelter kami berdiri, dan hujan masih tetap turun. Dari bagian dalam shelter / bivak, kami bisa melihat dengan jelas adanya air yang berlarian ke bawah. Setelah mencari tempat untuk menampungnya, akhirnya kami putuskan untuk mengambil sebagian air hujan itu.
Ternyata air itu berwarna hijau, bukannya jernih seperti air hujan pada umumnya. Rupa-rupanya itu merupakan hujan yang baru turun menyirami daerah di kawasan gunung raung, setelah lama tidak kebagian hujan. Pantas saja airnya hijau, setelah menimpa daun pohon. Tapi kami tetap pada sikap kami untuk mengambil air itu,meskipun hanya untuk mencuci peralatan makan dan masak kami. Lama juga kami terpaku di bawah naungan bivak, tak terasa waktu telah lewat 1 jam. Melihat gelagat yang kurang bersahabat ini, saya mengambil keputusan atas persetujuan Gopex Nyoss untuk mencoba mencari tempat untuk mendirikan tenda. Akhirnya saya nekat untuk mencari tempat itu dalam guyuran hujan yang tetap deras itu tanpa raincoat, setengah berlari saya menyusuri jalur di depan, menyelusuri rimbunnya pohon, naik dan turun kontur medan di sekitar area itu. Akhirnya menemukan tempat yang ideal juga untuk mendirikan tenda. Setelah mengamati tempat itu, akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke bivak untuk mengambil tenda. Saat itu badan sudah basah kuyup dan merasakan dinginnya air hujan, tapi tidak saya hiraukan. Dalam benak saya cuma berfikir ingin segera bisa memasang tenda untuk istirahat kami.
Setelah pulang pergi dan sempat mengalami kesulitan saat mendirikan tenda karena derasnya hujan, akhirnya tenda kami pun berdiri, meskipun lembab dan basah. Setelah tenda berdiri dan covernya terpasang, lalu kami memasang flesit sebagai pelindung paling luar. Sehingga tenda pun tercover oleh fleshit. Sebelum masuk, bagian Gopex Nyoss untuk membersihkan bagian dalam tenda, yang memang basah karena air, segera setelah bagian dalam tenda di lap, dan kering, tas kami masukkan. Untuk mengurangi lembab pada bagian lantai tenda kami lapisi dengan plastik besar yang kami bawa, barulah dialasi dengan matras / sleeping pad kami. Setelah semunya beres dan kami berganti dengan baju kering, maka untuk pertama kalinya peralatan masak kami bekerja.
Yap.. masak pertama kali, setelah kehujanan. Akhirnya kami bisa merasakan nikmatnya jahe hangat. Hmm.. serasa masih terbayang kepulan asap dari gelas plastik kami, serta harum aroma jahe seolah mengobati semua yang tadi kami alami. Sambil menunggu nasi tanak, kami terus saja ngobrol banyak hal tentang pendakian ini yang merupakan "selingkuhan Mahameru", karena pendakian ke Mahameru ditutup. Juga becanda tentang harapan kami sebelum mendaki yang langsung terkabul, yaitu mendapatkan hujan. :)
Singkat kata setelah nasi matang dan dilanjutkan masak sayur kampung, hehe.. genjer jo.. sebagai sayur pertama makan malam kami ditambah goreng emping, sungguh sajian sederhana yang terasa nikmat, apalagi ditambah dengan ikan pindang kering.
Perjamuan makan malam itu akhirnya kami tutup dengan acara tidur lelap setelah membersihkan seluruh peralatan masak dan makan. Malam itu kami benar-benar lelap tertidur, setelah melewati hari-hari yang panjang plus perjalanan 15 jam berkereta api dan memakan banyak waktu menaiki LIN, bus, serta angkutan pedesaan ke pos ditambah numpak ojek ber offroad ria menuju Pondok Motor yang paling berkesan.
Oia, sebelum tidur kami sempat ketemu beberapa pendaki yang turun gunung, sekaligus mereka adalah orang-orang terakhir yang kami temui selama pendakian ke arah puncak. Kami tertidur lelap sekali hingga pagi menjemput, merapikan barang-barang kami, mencoba untuk mengeringkan peralatan juga baju dan sepatu kami yang memang basah kuyup saat kemaren siang hingga senja kehujanan di hutan. Dilanjutkan masak dan sarapan pagi dengan sayur buncis, pindang kering serta emping sisa semalam yang memang banyak kami goreng.
Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya sebagian peralatan kami kering, meski tidak untuk, baju, celana dan sepatu kami. Packing lagi semua barang serta bongkar tenda dan siap untuk melanjutkan perjalanan meskipun dengan baju dan celana serta sepatu yang basah. Nyess.... ;)
Catataan :
- Sesering apapun kita berpetualang, secerah apapun cuaca di tempat kita, hendaknya jangan melupakan hal-hal kecil, seperti sendok makan yang hampir-hampir tidak kami sertakan dan diganti dengan sendok dari plastik.
- Kami mengalami kesulitan saat menggoreng ikan dan emping, karena tidak ada sendok. Menggunakan sendok plastik ternyata tidak cukup mumpuni untuk menangani panasnya minyak goreng, sehingga terpaksa kami ganti peran mereka dengan pisau dan cuter yang kebetulan kami bawa ;)
- Raincoat atau jas hujan, jangan sampai tertinggal saat berpetualang di alam bebas, sebab akan sangat berfungsi saat kita kehujanan, minimal akan mampu menjaga tubuh kita tetap kering saat harus mendirikan tenda atau mencari lokasi ngecamp saat turun hujan.
- Packing yang benar akan memberi kenyamanan kita saat berjalan menahan beban di pundak, serta menjamin barang-barang di dalam tas tetap kering.
Pendakian Gunung Raung - 1
Pendakian Gunung Raung - 2
- See more at: http://yes-outdoor.blogspot.com/2010/01/pendakian-gunung-raung-4.html#sthash.TTMxgl5l.dpuf
Pendakian Gunung Raung - 2
- See more at: http://yes-outdoor.blogspot.com/2010/01/pendakian-gunung-raung-4.html#sthash.TTMxgl5l.dpuf
Pendakian Gunung Raung - 1
Pendakian Gunung Raung - 2
Pendakian Gunung Raung - 1
Pendakian Gunung Raung - 2
- See more at: http://yes-outdoor.blogspot.com/2010/01/pendakian-gunung-raung-4.html#sthash.TTMxgl5l.dpuf
Pendakian Gunung Raung - 2
- See more at: http://yes-outdoor.blogspot.com/2010/01/pendakian-gunung-raung-4.html#sthash.TTMxgl5l.dpuf
Pendakian Gunung Raung - 1
Pendakian Gunung Raung - 2
- See more at: http://yes-outdoor.blogspot.com/2010/01/pendakian-gunung-raung-4.html#sthash.TTMxgl5l.dpuf
Pendakian Gunung Raung - 2
- See more at: http://yes-outdoor.blogspot.com/2010/01/pendakian-gunung-raung-4.html#sthash.TTMxgl5l.dpuf
0 Komentar
Silahkan meninggalkan jejak disini bro & sist :)