Pendakian Gunung Raung - 4

Pagi itu, sebelum tenda benar-benar kami bongkar, kami sempat mengeringkan peralatan kami. Kami bisa melakukannya pagi itu karena cuaca pagi ternyata cukup bersahabat. Sekitar satu jam flesit dan cover serta baju, celana, cover bag juga sepatu kami coba untuk mengeringkannya di bawah rimbun pepohonan. Tentu saja tidak kering untuk sepatu, baju dan celana kami, tapi tenda, cover dan flesit ternyata lebih cepat kering.

Setelah dirasa cukup, segera kami mengemas kembali seluruh barang bawaan. Tenda kami bongkar, lipat, begitu juga flesit dan cover tenda untuk repacking. Memasukkan dan menyusunnya kedalam tas. Memakan waktu cukup lama juga ternyata. Setelah semua masuk dan kami pun telah sedikit melakukan
pemanasan, dengan semangat baru dan badan yang lebih fresh serta diiringi kicauan burung-burung, kami pun melanjutkan sisa perjalanan menuju puncak.

Pos terdekat dengan lokasi kami adalah Pondok Sumur. Ya.. pos itu adalah tempat pemberhentian kami selanjutnya. Kami susuri jalan setapak, langkah demi langkah kami ayunkan dengan beban dipundak kami. Meskipun berat, tapi semua itu seolah terbayar lunas dengan sajian pemandangan hutan yang masih lebat itu. Dengan nyanyian penghuni hutan gunung Raung yang bersahutan di sekitar kami maupun suara lain yang jelas terdengar dari jarak yang jauh ke sumbernya.

Jalur yang basah dan lembab seolah menguji kami untuk terus menyusuri jalan di depan. Sesekali kami becanda seperti anak kecil, mengambil gambar sekitar juga pose kami sebagai kenang-kenangan saat kami telah kembali pada peradaban ;). Tak terasa hari telah memasuki tengah siang, saat tiba-tiba langit berubah menjadi kelabu dan pandangan kami mulai terbatasi oleh tebalnya kabut yang memaksa kami untuk memperlambat langkah kaki.




Kami harap cuaca akan membaik, sambil terus melanjutkan perjalanan kami melalui jalur yang mulai rimbun dengan semak belukar yang hampir menutupi jalur kami. Tapi harapan kami tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Karena lagi-lagi hujan turun. Meski tidak sederas kemarin. Meski dari tempat kami telah bisa melihat puncak Raung di kejauhan. Tapi semua itu tidak cukup menggoda kami untuk terus melanjutkan perjalanan hari itu.

Seperti hari kemarin, kami membangun tempat perlindungan sementara, berharap dan terus berharap semoga hujan reda dan mentari kembali bersinar dari balik awan. Aktifitas kami hanyalah mengamati atap shelter kami, dimana ada air yang diam mengumpul, kami arahkan pada satu titik, kami tampung ke dalam wadah air kami. Syukurlah saat itu kami berhasil mendapatkan air tidak kurang dari 5 liter. Satu jam, dua jam kami lalui hanya dengan menunggu dan sesekali menyantap kue untuk sekedar mengisi perut sambil membicarakan banyak hal. Dan hujan bukannya reda tapi malah semakin deras. Akhirnya kami pun terpaksa memangkas semak-semak di tempat kami berdiri, untuk mendirikan tenda.




Bergantian kami mainkan parang, membuka lokasi sampai mendapat cukup ruang dan lantai yang  layak serta jalur air, agar air tidak menggenang di bawah tenda kami, dalam suasana hujan, di bawah shelter flesit yang telah kami tinggikan posisinya, kami berdua pun lagi-lagi membangun rumah kami, ;). Meski susah akhirnya kami pun berhasil juga, memasukkan semua tas kami. Sesaat yang lain kami pun mengeluarkan alat masak kami. Dalam waktu 1,5 jam makanan dan minuman kami telah matang dan siap di santap. Sesekali kami saling memandang dan tak jarang becanda, "nih doa mu terkabul lagi..." dan tawa pun meledak diantara kami.

Sebenarnya sore hari menjelang senja langit telah kembali cerah menghiasi bagian barat dengan warna-warna yang menyala. Sempat terbersit dalam pikiran kita untuk melanjutkan perjalanan pada malam harinya. kami berdiskusi sejenak untung ruginya melanjutkan perjalanan pada malam hari itu. Keputusan kami adalah tidak melanjutkan jalan malam itu. Meski kami masih belum sampai di Pondok Sumur.  Kami tetap akan melanjutkan perjalanan pada pagi hari. Malam itu pun kami hanya diam dan ngobrol di tenda dan sesekali keluar tenda untuk melihat sekitarnya. Saat itu kami mulai berfikir, kapan bisa melihat orang lain? Kapan bisa ketemu dengan pendaki yang lain? tapi malam itu kami tidak menjumpai seorangpun.Meski Pesawat telpon kami berhasil memperoleh sinyal dan sesekali saya telpon someone, tapi tidak pernah mendapatkan jawaban. Mungkin karena sinyal yang tidak stabil. Hanya sms yang bisa terkirim

Sekitar jam 9 malam kami pun masak lagi untuk yang kesekian kalinya. Ya malam itu kami harus mengisi perut  untuk menjaga stamina dan fisik kami.

Cukup larut kami tidak juga tertidur, beberapa kali kami mendengar suara binatang malam di pohon-pohon tinggi sekitar kami. Bagaikan ada yang berpindah tempat, juga suara binatang berjalan entah apa itu yang terdengar dari dalam tenda kami yang sengaja terbuka untuk beradaptasi dengan udara di luar. Tapi tidak satu pun yang kami lihat.

Akhirnya pagi pun tiba. Seperti biasa kami masak, sarapan pagi kemudian packing sebagian sebagian barang bawaan ke dalam tas Gopex Nyoss. Memindahkan tasnya ke luar tenda. Setelah makanan dan minuman kopi hitam yang mengeluarkan aroma khasnya kami habiskan dan perabot pun telah pula dibersihkan, segera kami bongkar tenda dan flesit kami. Setelah tenda dibongkar dan barang bawaan beres dikemas serta memeriksa mungkin ada yang tertinggal, kami pun melanjutkan perjalanan kami pada pagi itu.




Melewati semak yang menutup seluruh tubuh kita, seolah kita sedang menyelam dalam lautan semak belukar, tak jarang duri melukai tangan maupun kaki kami. Hanya kata ups, aw, aduh ketika itu. Jalan masih saja basah dan dingin. Kami terus menyusuri jalan yang kadang tertutup rimbunnya dedaunan, seperti tidak ada pendaki yang melewati jalur itu. Jalannya tidak selalu menanjak, sesekali mendapatkan bonus atau bahkan ekstra bonus, berupa jalur yang menurun untuk kemudian menanjak lagi. Tapi karena rapatnya semak yang manutup jalur pendakian, maka mendekati waktu dua jam perjalanan dari tenda kami berdiri, akhirnya sampai juga kami di Pondok Sumur. Itu adalah pos berikutnya setelah Pondok Motor.

Pos Pondok Sumur 



Sebelum sampai di Pos Pondok Sumur ini, kita akan di hadapkan pada medan yang lumayan terjal. Tidak terlalu panjang sih. Artinya kalau kita jalan dari Pondok Motor selama beberapa jam, kemudian menjumpai jalan yang terjal, kemungkinan itu adalah jalut di bawah Pondok Sumur. Pos ini mempunyai area yang cukup luas, mungkin bisa dipakai untuk mendirikan 5 - 7 tenda disana.


Di pos ini  kita akan dapat melihat pemandangan berupa pepohonan di bawah jalur yang tadi telah kita lalui. Sebagian menjulang tinggi sebagian yang lain pucuk-pucuk pohon yang terlihat. Tapi itu cukup sebagai pengobat kita yang capai menempuh perjalanan dari Pondok Motor. Istirahat sejenak adalah kata yang bijak di situ. Sekedar minum maupun makan kueh atau buah-buahan yang kita bawa... hmm.. apel atau jeruk pasti nikmat sekali.Sayang kamu ga ikut yah.. yang suka bawa apel!


Selepas dari Pondok Sumur, kita akan memasuki jalur yang lebih rimbun, sampai memaksa kita terkadang harus merunduk, merangkak ataupun jalan jongkok untuk bisa melewati berbagai hadangan, baik pohon yang tumbang, maupun semak belukar yang membentuk lorong panjang pada jalur yang naik dan terkadang turun.






Sebenarnya kita tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk dapat mencapai pos berikutnya, asalkan cuaca bersahabat dengan kita. Berjalan 1 atau 1,5 jam, kita akan segera sampai di Pos Pondok Tonyok, pada ketinggian sekitar 2215 mdpl.

Catatan :



  1. Parang ternyata cukup membantu kita dalam membuka jalur, menebas semak belukar yang menghalangi jalur pendakian
  2. Ingatlah untuk tidak mengambil jalur yang ke arah kiri, meskipun itu mendaki, sebab itu bukan jalur pendakian yang sebenarnya, melainkan jalur bagi para pencari burung
  3. Untuk perjalanan yang cukup panjang, usahakan untuk tidak mengenakan baju basah, apalagi melakukan perjalanan pada malam hari. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir kemungkinan terkena hipothermia   


Pendakian Gunung Raung - 1 
Pendakian Gunung Raung - 2 

Posting Komentar

0 Komentar