Pendakian Gunung Raung - 2

Siang itu tgl 23 Desember 2009, buru-buru saya meluncur ke rumah Gopex Nyoss untuk membahas perjalanan ke gunung Raung secara lebih detail. Juga mengecek peralatan yang harus dibawa, baik untuk team maupun pribadi. Kita tentu paham, apabila ada salah satu peralatan maupun perlengkapan yang tertinggal, tentunya akan ada resiko yang harus kita tanggung selama pendakian.

Peralatan dan perlengkapan yang kita sertakan kali ini adalah :


  • 3 buah tas ( 90 L, 100 L dan juga daypack 45 L )
  • 1 tenda dome rhino 6 kaki bulat yang telah teruji
  • 2 sleeping bag dan sleeping pad
  • 2 Jaket hangat
  • 1 Flesit
  • Pelindung kepala
  • Sepatu dan sandal
  • 3 tabung gas
  • 2 kompor
  • 1 Misting
  • 2 Tempat air @ 5 Ltr ( dibeli di ds Sumber Wringin )
  • Gelas untuk minum
  • 2 Kamera Digital
  • 1 Handycam
  • Karnmantel dan weebing
  • Kompas
  • 2 Headlamp
  • P3K
  • Pisau Tebas dan pisau cukur
  • Raincoat tidak kami sertakan, ternyata sangat berguna kalau kami bawa
  • Sendok makan juga kelupaan, sampai akhirnya kida dapat yg plastik di Bondowoso
  • dll


Sebelum bergegas, kita sempet ngobrol dengan beberapa anak  Gaspala yang baru pulang dari tracking pantai selatan, obrolan ringan yang (moga aja) bisa membuka wawasan mereka dan kita semua, sampai waktu ga terasa udah hampir senja. Dilanjutkan meluncur lagi ke Karanganyar, untuk mematangkan rencana pendakian kami berdua, dilanjutkan dengan shoping peralatan juga sebagian logistik kami.


Setelah beres, akhirnya saya pulang untuk kembali beraksi esoknya 24 Desember berangkat ke Jember dari Karanganyar menggunakan KA kelas rakyat. Dimana perjalanan ke Jember harus ditempuh selama 15 jam. Untaian waktu yang menyita banyak tenaga, melewati panas, hujan, berdiri, duduk, pagi, siang sampai malam jam 21.30 wib baru sampai di Stasiun Jember.


Malam hari, kami pun menikmati suasana malam di stasiun Jember sambil menunggu pagi. Waktunya orang kembali beraktifitas. Setelah jam 5 pagi, segera kami bergegas ke jalan menunggu LIN / angkutan kota yang berlari ke Terminal Arjasa. Terminal Arjasa sendiri adalah sebuah terminal yang tidak terlalu besar, tempat kami akan melanjutkan perjalanan ke Bondowoso.


Setelah menyempatkan diri untuk mandi, akhirnya kami pun mendapatkan bis yang siap berlari melewati Bondowoso menuju Situbondo. Untuk perjalanan yang cukup jauh dari Jember ke Bondowoso itu kami mengeluarkan ongkos Rp.5.000,- per orang. Seperti rencana kami untuk belanja sebagian perbekalan di Bondowoso, kami pun turun di terminal Bondowoso yang lagi-lagi tidaklah terlalu besar.  Ketika bis berhenti, kami pun segera bergegas turun dan mata berlari kesana kemari, mencari tempat makan. Akhirnya, kami pun menemukan warung makan yang sederhana, tanpa ragu kami masuk dan memesan 2 porsi untuk mengganjal perut kami... nyam nyam nyam..


Kemudian kita mencoba mencari informasi jalur ke gunung raung, tapi rupanya orang-orang di sekitar terminal tidak begitu mengenal gunung itu. Dalam hati kami berkata, ko' aneh ya? tapi ah.. biarkan saja mereka ga tahu. Disaat kita agak terheran-heran, untunglah ada beberapa penjuan dan supir / kenek yang ternyata tahu juga jalan ke gunung raung, dan kami pun dibawa ke Garduata, yang merupakan pertigaan kearah gunung raung maupun kawah Ijen.


Tepat di pertigaan Garduata itu kendaraan yang kami tumpangi berhenti dan kenek pun menunjukkan arah kemana seharusnya kami melanjutkan perjalanan. Segera kami serahkan ongkos jalan yang ternyata Rp.6000 untuk dua orang. Tak lama kemudian dia malah berusaha untuk memanggil sopir angkutan desa yang bisa membawa kami ke Pos Pendakian Gunung Raung di desa Sumber Wringin.


Meskipun angkutan yang akan membawa kami kesana, parkir lebih dari satu jam menunggu penumpang lainnya akhirnya menjelang jam 11 siang pun jalan juga. Perjalanan hampir satu jam, melintasi daerah ( yang menurutku tidak seperti daerah gunung lainnya, melainkan lebih mirip daerah pantai ) yang cukup panjang, sekitar pukul 12 kita sudah tiba di desa akhir yaitu desa Suka Maju Sumber Wringin. Ngga tanggung-tanggung, pak sopir membawa kami berhenti tepat di depan Pos Pendakian Gunung Raung yang terlihat megah dengan halaman luas serta gedung yang cukup besar.





Sesaat kami dibuat kagum dengan penampilan base camp yang satu ini. Betapa tidak, selain bangunannya yang tua dan terawat rapi, halaman luas dipenuhi berbagai jenis tanaman, ternyata di bagian samping terdapat 2 kolam ikan yang membuat suasana menjadi lebih asri. Tidak hanya itu, disana terdapat tempat penginapan pula, bagi pendaki yang ingin menginap, maupun tempat istirahat. Bener, sebuah tempat yang nyaman dan pantas dijadikan base camp. Ditambah lagi dengan fasilitas 2 kamar mandi berukuran gede.



Sesaat kemudian kami disambut oleh orang base camp sana, Mas Anang namanya, terlihat sopan melayani kami dengan logat dan dialek khas Bondowosoan atau Bali, meminta kami untuk mengisi buku tamu juga retribusi pendakian sambil menyodorkan lembaran kertas tentang gunung Raung dan juga gambaran sederhana rute pendakiannya.


Dari situ kami telah memiliki gambaran seperti apa kiranya jalur medan yang akan kami lalui. Termasuk beberapa pos nya yang hmm... bikin orang penasaran dengan namanya.

Inilah rute pendakian yang akan di lewati pendaki gunung Raung dari arah desa Sumber Wringin :


  1. Pesanggrahan Sumber Wringin - Pondok Motor, berjarak sekitar 7 Km, dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4  maupun roda 2. Terdiri dari 2,5 Km jalan aspal dan 4,5 Km jalan  berbatu
  2. Pondok Motor - Pondok Sumur, perjalanan ke arah selatan - Barat Daya hingga mencapai ketinggian sekitar 1300 m dpl, melewati area tegalan 0,5 Km dengan kemiringan lerenga antara 10° - 20°, hingga ketinggian 1600 m dpl, jalan mulai menyempit serta ditumbuhi pohon cemara. Pondok Sumur berada pada ketinggian sekitar 1750 - 1800 m dpl. Pada saat cuaca cerah, biasanya rute ini bisa ditempuh dalam waktu 3 jam an.
  3. Pondok Sumur - Pondok Tonyok, di area ini medan pendakian mulai sulit dengan kemiringan 20° - 30° dan sebagian besar tertutup semak belukar, yang memaksa kita bekerja ekstra keras untuk melewatinya, kadang merangkak atau jalan jongkok dengan beban tas besar di punggung ( sungguh menguras tenaga) bahkan tak jarang harung membuka jalur. Disinilah perlunya kita membawa pisau tebas. Setelah berjalan sekitar 1 - 2 jam, kita akan sampai di pos Pondok Tonyok pada ketinggian 2215 m dpl
  4. Pondok Tonyok - Pondok Demit, masih melewati medan yang cukup rimbun, kita akan sampai pada area pinus. Disana akan kita jumpai pohon-pohon pinus yang berukuran besar dan juga pakis. Selanjutnya kita akan melintas padang rumput sekitar 0,25 km². Setelah berjalan sekitar 1 jam maka kita akan tiba di Pos Pondok Demit
  5. Pondok Demit - Pondok Mayit, di area ini mungkin kita mulai merasakan tipisnya udara yang ditandai dengan cepat capainya badan kita serta napas yang mulai berlari, seolah beradu cepat antara masuk dan keluar hidung kita.  Lama perjalanan pos ini sekitar 1,5 jam, maka tibalah kita di Pondok Mayit. Di sini kita sudah bisa merasakan aura gunung Raung. Hembusan angin yang kuat disertai suaranya yang seolah memecah udara terdengar jelas. Apalagi saat malam tiba. Bahkan saat kami mendaki suara petir seringkali terdengan di atas langit gunung Raung. Sebuah pengalaman dengan sensasi tersendiri, apalagi berkenaan dengan penamaan pos yang "nyleneh", dimana bisa membuat kita lebih ekstra hati-hati saat harus melewati apalagi bermalam di sana.
  6. Pondok Mayit - Pondok Angin, rute mulai menanjak meskipun sesekali kita mendapatkan bonus bahkan jalan yang menurun untuk kemudian menaik lagi. Jalur ini di apit jurang di sebelah kanan dan lembah di kiri kita saat mendaki. Jurang di sebelah kanan terlihgat lebih dalam dan lebar, sedangkan di sebelah kiri kita terdapat yang tidak sedalam dan selebar jurang yang di kanan kita. Rute anatar pos ini bisa dicapai dalam waktu 1 jam, karena memang jarak yang tidak terlalu jauh, dan kebanyakan memiliki jalur hutan pinus / cemara dengan banyaknya runtuhan daun yang terdapat di jalur yang kita lalui.Jalur itu tidak terlalu terjal melainkan naik memanjang.
  7. Pondok Angin - Puncak, bisa di tempuh dalam waktu 1- 2 jam setelah melalui Memorial Deden Hidayat, di batas vegetasi. Deden Hidayat menurut orang basecamp adalah pendaki yang terjatuh kedalam kawah gunung Raung. Mungkin memorial ini bisa mengingatkan kita untuk berhati-hati saat berada di puncak gunung Raung, dibibir kawahnya yang memeng curam dan dalam itu. Setiba dipuncak kita akan disuguhkan pemandangan kawah yang luar biasa serta kalau beruntung mendapat cuaca cerah, kita bisa melihat Puncak Semeru, Argopuro dan gunung-gunung famili Ijen maupun gunung Agung di Bali.
Pendakian Gunung Raung - 1 
Pendakian Gunung Raung - 2 


Posting Komentar

2 Komentar

  1. weleh kapan y bisa mendaki kayak si oom...akh...denger ceritanya aja dech abis gak punya waktu (n gak punya nyali) wekekek

    BalasHapus
  2. @kaya dari internet : wah.. ah.. lah kok? makanya jangan cuma hidup di dunia internet, kali-kali menyambangi dunia nyata, hutan gunung kan juga anugrah. Cie cie cie.. semua kembali pada diri kita

    BalasHapus

Silahkan meninggalkan jejak disini bro & sist :)