Flashback Pendakian Gunung Sindoro Desember 1996

Yes Outdoor : Flashback ke sekitar 96 silam :) Yap... tulisan tantang Flashback Pendakian Gunung Sindoro Desember 1996. 

Saat itu, pagi masih gelap ketika bus yang saya naiki sampai di terminal Purwokerto. Sambil menunggu mini bus ke Wonosobo, saya menyempatkan diri untuk sekedar ngopi dan menikmati mendoan hangat dari sebuah kedai di terminal itu.

Singkat kata, setelah mendapatkan angkutan ke Wonosobo dan melanjutkan perjalanan kearah Dieng untuk kemudian turun di pertigaan menuju perkebunan teh Tambi dan dilanjutkan berjalan kaki, sendiri, hanya sendiri seperti kamu yang masing jomblezz :) akhirnya sampailah di basecamp pendakian.

Menjelang siang, waktu itu cuaca Desember begitu syahdu dengan gerimis yang gak juga membawa hujan lebat, tapi mampu membuai kita untuk tetap diam tak bergerak ditemani teh manis hangat.



Jika tanpa semangat membara, mungkin hari itu saya habiskan waktu untuk berdiam diri disana semalaman sampai pagi, haha.. Tapi akahirnya  dengan tekat bulat, bergegaslah saya menjelang tengah hari. Berpamitan dengan.. sebut saja mas Atok yang ada di bc, yang memberi pesan untuk selalu waspada dan tidak memaksakan diri, apalagi melakukan pendakian solo, tanpa partner.

Alhasil, kaki mulai melangkah kecil dan masih berasa kaku, tapi tetap saja berjalan hingga sampai di perkebunan, break sebentar di sebuah bangunan semi permanen, lalu melanjutkan perjalanan mulai masuk ke area hutan.

Cuaca masih tetap sama, hujan tipis tipis dengan angin yang bertiup cukup membuat rasa enggan melangkah.. Tapi dengan langkah kaki yang terus menapak setapak, akhirnya sampailah di Pos III gunung Sindoro, istirahat sebentar mengisi perut dan terus melanjutkan perjalanan.

Sepanjang jalan, cuaca tetap stabil gak berubah, malah angin mulai bertiup lebih kentjang... menambah tusukan tusukan hawa dingin yang mulai menembus karena pakaian yang mulai basah oleh keringat bercampur air hujan.

Akhirnya menjelang senja, sampaikan di ujung puncak dan coba mencari lokasi yang idel untuk mendirikan tenda ditengah hawa dingin dan tiupan angin yang begitu syahdu.

Gak seberapa lama, akhirnya tenda dome ( Wilderness seharga 250 ribuan waktu itu ) berdiri. Segera masuk, menggelar dua buah matras sebagai alas tenda, bongkar isi tas dan memasak.

Suasana begitu sunyi, hanya tiupan angin yang menampar outer layer tenda. Cukup keras dan kadang bikin suasana yang sepi menjadi syahadu.

Hanya radio kecil dual band yang menemani, tanpa kamera apalagi handphone yang memang saat itu belum ada hehe..

Belum juga jam 7 malam, sekitar 18:30 an, mungkin sepuluh meter dari tenda terdengar langkah kaki yang berasa berat dan suara batuk sesekali keluar dari mulut itu.

Dalam hati, "Yess.. akhirnya ada juga pendaki yang bisa jadi teman ngobrol di puncak Sindoro yang sunyi!"
Sejenak, kubuka pintu resleting tenda, kemudian mengarahkan sorot senter ke arah bawah, sambil memanggil halo.. mas.. Mencoba keluar tenda untk mengamati area sekitar sambil mata fokus pada setiap bagian yang bisa dilihat...

Tapi nyatanya tidak ada jawaban, dan juga tak terlihat seorangpun pendaki disekitar lokasi.   Buset.... Suara langkah kaki dan batuh siapa gerangan?

Sementara cuaca tetap stabil gak beranjak cerah, membuatku akhirnya memutuskan untuk kembali masuk kedalam tenda yang tentunya lebih hangat. Apalagi ada sleeping bag, juga perbekalan yang siap untuk  dieksekusi.

Ini hanya sebuah ingatan dari perjalanan pendakian yang mungkin, bisa jadi ada juga para pendaki gunung yang mengalami hal serupa. Gak selalu mistis, bisa jadi itu adalah sebuah fatamorgana atau apalah. Mungkin karena perut kita lapar dan fikiran sedikir kosong hehe..

Yang penting setiap beraktifitas di alam bebas, usahakan untuk selalu mawas diri dan berperilaku baik dengan tetap mengedepankan faktor keselamatan dan peralatan yang baik.

Posting Komentar

0 Komentar