Gunung Sindoro sendiri dikenal sebagai gunung yang lama tidak aktif, tetapi kembali bergeliat sejak sekitar 2012 atau 2013 lalu.
Pendakian dimulai dari Basecamp di Kledung, sekitar pukul tujuh pagi. Tim saya terdiri dari 4 orang yaitu mas Hari, Huda, ci Gimbal dan saya sendiri (Neng Rini).
Pertemuan kami dengan mas hari dan Huda adalah ketika sore hari di sebuah SPBU Kledung. Meskipun awalnya sata tidak tahu siapa sosok tinggi besar pengendara motor matik yang tiba-tiba mendekat dan mencegat c gimbal yang sedang berjalan kaki.
"Ah, siapapun itu biarkan saja mereka", begitulah yang ada dibenakku saat itu. Tapi ternyata mereka seperti telah saling mengenal satu sama lain. Terlihat dari gerak tubuh mereka.
Serangan asap beracun di puncak gunung Sindoro |
Benar saja, ternyata dia adalah mas Hari yang sengaja menemui kami untuk mendaki gunung Sindoro. Saat itu saya belum mengenal dia, sampai akhirnya dikenalkan oleh c gimbal di halaman basecamp Kledung.
Percakapan terjadi dengan kami semua, termasuk ada tiga orang eks tim dadakan kami saat mendaki gunung Sumbing hari sebelumnya.
Pendakian
Seperti telah saya ulas sedikit, bahwa pendakian Sindoro ini dimulai pada 28 Desember 2015 pagi, sekitar pukul 8. Setelah kami mempersiapkan segala keperluan, termasuk menyusun rencana pendakian kami.
Dan kami memutuskan untuk melakukan pendakian lintas gunung, yaitu mendaki dari Kledung dan turun melintasi gunung Sindoro dan melaporkan pendakian kami di desa Sigedang yang ada di kawasan perkebunan teh Tambi.
Perjalanan dimulai saat kami berada diujung jalan berbatu dan perkebunan penduduk lereng gunung Sindoro dimulai dengan berdo'a dilanjutkan dengan menyusuri jalan setapak yang bisa dengan jelas kita ikuti karena kami melakukan perjalanan siang dan kebetulan juga ada petunjuk arah menuju puncak.
Sisa-sisa tenaga dan nafas setelah mendaki Sumbing mengiringi pendakian ini. Oh ya, ini merupakan pendakian spartan kedua saya setelah sebelumnya mendaki Pangrango - Gede, tetapi menjadi yang pertama saya lakukan di kedua gunung yang ada di Jawa Tengah ini (Sumbing - Sindoro) yang harus kembali dimulai dari basecamp pendakian.
Pos 2 - Pos 3
Perjalanan terus kami lakukan dengan penuh semangat dan senda gurau hingga tak terasa sampai di Pos 2 sekitar pukul 9 lebih dikit. Disana kami beristirahat, minum juga ngobrol dengan pendaki lain yang kebetulan melakukan pendakian pada hari itu.
Break 10 menit telah selesai, selanjutnya perjalanan dilanjutkan menuju ke Pos 3, masih melalui medan yang serupa dan tidak terlalu berat, hingga akhirnya sekitar pukul 11 siang kami sampai juga di Pos 3 ini.
Pos 3 merupakan area favorit para pendaki gunung Sindoro untuk mendirikan tenda sebelum melanjutkan perjalanan kepuncak. Banyak area yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda disana.
Kami memutuskan untuk break kedua dan digunakan untuk istirahat dan mempersiapkan makan siang serta shalat. Sepertinya tim kecil kami sudah terlatih cukup lama, ketika masing-masing dari kami mengerti apa yang harus dilakukan.
Ada yang menanak nasi, membuat minuman, meracik sayuran, dan membuat adonan tempe goreng serta gorengan (bakwan). Semua kita lakukan bersama dan nampak kompak dengan sesekali diantara kami saling mengabadikan momen tersebut dengan jepretan lensa kamera.
Oh ya, kami tidak mendirikan tenda di Pos 3 ini, karena memang rencana kami mau melintasi gunung Sindoro. Kebanyakan pendaki yang mendaki gunung Sindoro ini saat kepuncak, mereka hanya akan membawa bekal seperlunya dan segala peralatan dan perlengkapan juga logistik sebagian besar merea tinggal di tenda untuk memudahkan perjalanan menuju puncak.
Tetapi sebaiknya berhati-hati saat meninggalkan tenda. Sebaiknya ada yang standby di tenda ataupun menitipkannya kepada orang yang kita percaya, karena banyak kejadian tenda dibobol orang dan barang-barang raib disekitar Pos 3 ini.
Pos 3 - Puncak
Setelah acara di Pos 3 yaitu masak, makan, istirahat dan shalat selesai, selanjutnya kami lanjutkan perjalanan menuju puncak pada pukul 13 lebih sekian menit :)
Perjalanan dari Pos 3 menuju puncak merupakan perjalanan yang melelahkan dan menguras tenaga. Tak jarang beberapa pendaki yang bertemu dengan kami berucap "ampun deh ini gunung" dan bermacam-macam kalimat yang mengisyaratkan jika pendakian gunung Sindoro itu uwow :)
Saya di Puncak gunung Sindoro 3153 Mdpl |
Ini merupakan perjalanan menyusuri jalur terbuka, kering dan juga melintasi sisa-sisa kebakaran hutan sampai di sekitar Pos 4. Pos 4 ini merupakan area terbuka dan sering terjadi badai, sehingga tidak disarankan bermalam dan mendirikan tenda di arena ini meskipun banyak kita jumpai bebatuan besar disana.
Dan bener juga kata c Gimbal, bahwa Sindoro merupakan gunung yang sering hujan. Ternyata di area ini kabut tebal mulai melayang dekat dengan kami dan gerimispun menyusul.
Segera kami mempersiapkan pendakian basah yaitu dengan mengenakan pakaian raincoat. Sempat melambat, karena memang oksigen yang menipis, perjalanan kami lanjutkan dengan sering beristirahat menarik nafas panjang.
Benar-benar sebuah perjuangan untuk bisa berdiri dipuncak gunung Sindoro. Akhirnya mendekati pukul 5 sore, saya menjadi orang pertama yang sampai di bendera Merah Putih puncak gunung Sindoro diiringi dengan gerimis kecil dan suara desisan keras dari kawahnya yang aktif kembali.
Saya sempat mengingatkan c Gimbal untuk mengenakan maskernya, karena selama saya menunggu dipuncak, bisa merasakan susahnya menghirup udara segar yang membuatku sempat merasakan susah nafas meskipun sesaat.
Danger Area
Setelah beberapa saat, semua anggota tim lengkap berkumpul, saling menyalami memberi ucapan selamat satu sama lain. Gak ada selebrasi berlebihan, hanya rasa syukur dan dokumentasi foto-foto kami disana.
Asap Putih Beracun, Tumbuhan terpapar dan mati serta pelangi sore itu |
Kembali saya merasakan susah bernafas, dan yang lain-pun juga bisa merasakannya. Apa yang saya rasakan semakin parah, hingga benar-benar merasakan sesak nafas yang ektrim. Gak bisa bernafas, meskipun lewat mulut. Hanya sempat berteriak memanggil c Gimbal sambil menangis yang dengan sigap memapah mencari lokasi yang lebih aman.
Tapi apa daya "racun" yang kuhirup benar-benar membuatku tersungkur tak mampu berdiri apalagi berjalan. Saat itulah kudengar teriakan "oksigen.. oksigen.. oksigen.. " ditengah kepungan asap beracun yang membatasi pandangan kami.
Beberapa saat kemudian, semua tim membantuku untuk bisa menghirup oksigen dalam kemasan mini tersebut. Meski awalnya susah, akhirnya aku mulai bisa merasakan nafas yang kembali mengalir.
My Team My Adventure |
Akhirnya kami putuskan kembali ke tempat semula dan memutar ke selatan yang lebih aman dari terpaan gas beracun. Dan butiran-butiran seperti debu berwarna kehijauan memang tampak berserakan di sekitar puncak. Itu merupakan sisa material yang dihembuskan dari kawah gunung Sindoro.
Sepanjang jalan aku bersyukur, masih diberi keselamatan dan rekan satu tim yang solid, sambil sesekali menyeka air mata yang keluar dari kedua mataku. Dengan pernafasan yang masih terganggu, saya bertekad untuk bisa mencapai lokasi yang kami tentukan semula untuk mendirikan tenda, meskipun harus mencari-cari jalur yang benar dari arah Sigedang.
Terimakasih untuk sebuah pelajaran amat besar dan tim yang solid. Hingga akhirnya saya bisa menikati salah satu kekuasaan Tuhan yang maha indah. Puncak Sindoro yang luas dengan lapangan pasir, pohon cantigi dan bebatuannya. Harusnya bisa kulihat padang edelweis terluas disana, tetapi sore itu aku tidak melihatnya. Hanya pepohonan yang mati mengering dan berwarna putih kehijauan terkena asap beracun dari kawah gunung Sindoro.
Terima kasih untuk sebuah sunset yang indah, serta pelangi yang melengkapi kisah ini.
Terima kasih juga untuk teman-teman satu team pendakian kemarin yang selalu kompak dan bisa bereaksi cepat serta bisa memahami tugas masing-masing.
Untuk para pendaki, supaya berhati-hati saat berada dikawasan puncak gunung Sindoro, perhatikan arah angin dan jangan terlalu dekat dengan kawah yang sedang aktif :) Gunung ini memang akan selalu memiliki misteri.
Alhamdulillah, kami berhasil mencapai basecamp desa Sigedang sekitar pukul 11 siang dan selanjutnya kembali melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Thanks Gimbal, mas Hari, & Huda.
Neng Rini
Sindoro 28 - 29 Desember 2015
0 Komentar
Silahkan meninggalkan jejak disini bro & sist :)