Pendakian Gunung Merbabu Bersama Agas 2019

Yes Outdoor : Ada kisper nih dari Den Baguse Hari yang konon katanya udah jadi pembina sispala :) Rencana pendakian gunung Merbabu kali ini sudah dipersiapkan jauh-jauh hari, yang bertepatan dengan libur panjang sekolah. Selain itu, pendakian ini juga merupakan "janji" saya untuk mengajak pengurus Gaspala baru yaitu angkatan ke 28 naik gunung .

Kemarin saya sempat coba untuk menghubungi salah satu alumni yang kebetulan tinggal dan berdinas di di Yonarmed kota Magelang, yaitu Mas Teguh. Sayangnya beliau tidak bisa menemui kami di basecamp karena sedang ada tugas. Biasanya Mas Teguh akan menyempatkan diri untuk menemui anak-anak Gaspala yang akan mendaki gunung di seputar Magelang, kalau memang mengetahui rencana pendakian tersebut.

Pendakian Gunung Merbabu
Pose Bareng Asyik... asyik
 
Timeline

Jumat 21 juni

Setelah jumatan saya langsung bergegas menuju SMA Negeri 2 Kebumen yang merupakan home base Gaspala. Kebetulan di sekolah itu pula kita sepakat untuk berkumpul dan jadi titik awal keberangkatan ke gunung Merbabu.

Ketika saya sampai  di sana,  ternyata anak-anak sudah sudah berkumpul dan siap untuk berangkat. Jadi mereka menunggu saya. Rencananya kita akan menuju basecamp Wekas dengan menggunakan bus, tetapi ada salah satu pengurus yang akan menuju basecamp pendakian dengan mengendarai motor saya.

Oleh karenanya ada sesi serah terima motor, kemudian kami (saya dan peserta pendakian) segera melakukan order Gocar menuju Kedungbener yang merupakan lokasi kami untuk naik bus.

Tiket Simaksi Gunung Merbabu Via Wekas
Karcis Masuk Taman Nasional

Sampai di Kedungbener, kami kedatangan 1 personil lagi yang memang sudah janjian ikut. Tidak menunggu lama, sekitar pukul 14.00 (mundur sejam dr jadwal nih) datanglah bus jurusan Magelang Semarang. Naik dengan tersendat dan susah payah karena kami membawa tas-tas carrier yang lumayan besar.

Dari Kebumen ke Magelang kami harus membayar  tarif perjalanan sebesar 30 ribu. Ini jauh dari perkiraan saya yang sebenarnya menganggarkannya sebesar 15 ribu, kami menuju terminal Magelang (padahal perkiraan anggaran saya awalnya adalah 15 ribu rupiah, *harga lama hihi..).

16.40
Sampai Magelang sekitar pukul 16.40 dan segera menuju titik kumpul di SPBU seberang terminal untuk bertemu dengan teman-teman yang naik motor. Waktu yang singkat itu kami manfaatkan  untuk ishoma.

Perjalanan berikutnya adalah menuju ke basecamp menggunakan mobil bak terbuka yang memang telah kami carter untuk menjemput dan mengantarkan kami ke basecamp.

Pemilihan mobil ini juga merupakan cara kami untuk memudahkan perjalanan menuju basecamp dan sekaligus sebagai antisipasi kami dalam perjalanan ke basecamp manakala ada motor yang gak kuat nanjak. Perjalanan menuju bscmp wekas sore itu cuaca cukup cerah, dan juga suhu udara yang  mulai beranjak dari sejuk menuju dingin.

Dari Magelang, saya ganti naik motor untuk mengawal anak-anak yang menuju basecamp, sempat meninggalkan mobil karena memang lalu lintas sore itu menuju Kopeng cukup ramai dan padat.


Saat adzan magrib terdengar, kami yang naik motor mencari masjid untuk sholat, sementara rombongan mobil terus melaju ke basecamp.  Usai sholat,  segera kami melanjutkan perjalanan.

Oiya,  kami juga kedatangan 2 teman lagi dari smanda yang menyusul karena sebelumnya mereka sempat mengalami kendala teknis pada motornya.

Jalan raya menuju Wekas terus menanjak dan berkelok, motor kami terus melaju, saya sebagai leader mengambil posisi di depan dengan menjaga kecepatan yang aman sambil berusaha untuk mengatur jarak dengan rombongan yang ada di belakang.

Setelah cukup lama memacu motor, tak terasa gapura keamatan Pakis sudah terlihat,  langsung belok kanan melewati gapura, terus mengikuti jalanan desa yang berupa aspal berganti semen pelur. Disini motor saya mulai berjalan pelan  menyusuri jalan menanjak dan  memang gak kuat karena sudah cukup tua motornya ditambah lagi berat badan saya yang aduhai, sementara teman-teman lain saya persilakan mendahului. Akhirnya saya berada di posisi paling belakang.

Melintasi hutan pinus, lalu pemukiman penduduk lereng Merbabu, jalan makin menanjak, dan motor saya beberapa kali gak kuat jalan, akhirnya terpaksa turun dan menuntun deh. Saya jadi berpikir mungkin sudah saatnya ganti motor yang lebih muda. Cihuy.. bulan depan ganti baru :)

Kejadian motor gak kuat nanjak sudah terlewati, sampailah saya di pos registrasi Taman Nasional Gunung Merbabu jalur Wekas, disitu sudah menunggu teman-teman yang tadi mendahului saya.

Segera laporan, bahwa kami rombongan dari Kebumen, berjumlah 22 orang termasuk yang naik mobil bak tadi. Lalu dijelaskan biaya yang harus dibayarkan. 18 ribu per pendaki.

Sedangkan Untuk parkir motor dikenakan biaya 5 ribu. Saya ijin ke pengelola pos pendakian untuk masuk basecamp terlebih dahulu, baru kemudian membayar karena memang rombongan sudah masuk basecamp.

Sesampainya didalam basecamp, segera melepaskan carrier, bertemu dengan ibu dan bapak pemilik basecamp (Pak Yoso). Bertemu anak-anak dan kemudian saya meminta ke salah satu dari mereka untuk mengkoordinir iuran tiket masuk pendakian ini. Setelah terkumpul,  segera uang tersebut disetorkan ke pengelola di pos registrasi pendakian gunung Merbabu.

Menjelang malam, kami mulai pesan makan (sayangnya di basecamp nasinya sudah habis, karena kita memang tidak pesan terlebih dahulu saat masih di perjalanan / jauh-jauh hari). Tapi sebagai anak gunung tentunya tidak kekurangan ide kreatif. Akhirnya untuk menganjal perut kami malam itu, kami makan mie instan yang kami masak sendiri di dapur basecamp.

Malam itu suasana di basecamp ramai oleh gelak tawa rombongan kami, karena memang gak ada rombongan pendaki lain yang nginep di basecamp, atau mungkin mereka masuk di basecamp yang lain karena memang di Wekas memiliki banyak rumah penduduk yang biasa dijadikan sebagai basecamp pendakian.

Sampai akhirnya menjelang malam, sekitar pukul 22.00 kami bersiap untuk tidur. Sempat melirik hp karena ada notifikasi chat wa, ternyata dari anggota Gaspala yang menyusul belakangan bersama 2 orang temannya. Karena memang akrab dengan susi ( susah signal) jadi cuma saya baca tuh chat, lagi pula saya juga sudah mulai mengantuk) Nah esok pagi kami baru menyadari jika mereka tidur di luar basecamp karena saat mereka sampai, pintu sudah terkunci.. Wkkk.. kasiannnn...

Note : Perjalanan hari itu kami tutup dengan melakukan checking dan packing ulang untuk persiapan pendakian pada pagi berikutnya ( Sabtu 22 Juni 2019).

Sabtu 22 Juni
Rencana pendakian akan kami laksanakan mulai pukul 06:00 pagi. Kami bangun cukup pagi sebelum adzan subuh berkumandang, beberapa ada yang ke toilet, ada yang masih tiduran dan juga packing barang. Semua sibuk dengan aktifitas masing-masing sampai menjelang pukul 5.30 semua sudah siap.Sarapan pagi-pun dilakukan dengan menu sekedarnya, tapi sebagai bekal perjalanan kami memesan 7 bungkus nasi untuk kami santap di Pos 2 saat jam makan siang.

Persiapan dilanjutkan dengan melakukan peregangan / streching ringan yang dipimpin oleh satu pengurus, mereka melemaskan otot-otot kaki dan persendian untuk menghindari terjadinya cidera saat melakukan pendakian karena kondisi fisik yang belum ideal.

Tepat pukul 06:15, mundur 15 menit dari jadwal semua akhirnya kami melakukan  start pendakian yang diawali dengan berdoa bersam. Oh ya pendakian waktu itu diikuti oleh  27 orang yang sebagian besar adalah anggota Gaspala. Sebuah jumlah yang cukup besar tentunya.

Track
Medan pertama yang kami lalui adalah berupa jalan desa berupa semen pelur sekitar 300 meter, berganti dengan tanah perkebunan ( bawang, seledri dll). Meskipun masih dibawah, tapi kami sudah disajikan dengan tanjakan yang cukup aduhai.

Wajah Lelah Penuh Semangat
Wajah Lelah Tapi Penuh Semangat
Mungkin karena aduhai sehingga bisa membuat sport jantung dari sebagian besar peserta yang melakukan pendakian perdana. Atur nafas, atur ritme pendakian dan lanjutkan perjalanan sampai akhirnya tiba di batas desa dan perkebunan yang berupa makam, kami mulai masuk areal Taman Nasional Gunung Merbabu.

Belum juga jauh dan lama, eh.. sudah ada peserta yang  mulai merasakan gak enak badan, mual, bahkan sampaie muntah,  pusing dll. Segera kami menangani peserta tersebut sampai merasa sehat dan lebih siap. Setelah dirasa cukup, perjalanan dilanjutkan. Duh jadi inget waktu naik ke gunung Slamet 5 tahun lalu.

Sampai  pemberhentian berikutnya,  peserta pendakian yang sakit ternyata masih merasa pusing, sehingga saya mengambil inisiatif untuk membawakan daypacknya untuk mengurangi bebannya.

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan sampai ke Pos Bayangan 1 untuk istirahat sebentar. Perjalanan pagi itu yang melewati medan tanah kering cukup menggangu pernafasan kami, karena debu yang beterbangan sepanjang jalan membuat pandangan dan nafas kami terganggu.

Dengan medan yang seperti itu, akhirnya kami sampai juga di Pos 1 ( 1800 mdpl ) yang terdapat sebuah shelter semi permanen dari kayu yang nampaknya masih baru.

Disana kami bertemu dengan rombongan pendaki Mapala UNS. Terjadi obrolan singkat ala pendaki dan setelah cukup lama akhirnya kami kembali melanjutkan perndakian dengan target Pos 2 sekitar pukul 9 atau 10 pagi.

Kami terus berjalan menyusuri jalur setapak. Entah apa yang ada di fikiran mereka yang baru pertama kali mendaki gunung. Sering kali diantara mereka menanyakan tentang perjalanan yang harus dilalui, "Masih jauh gak pak? Berapa menit lagi? Itu puncaknya?" dll.

Saya sebagai mentor mereka bisa memaklumi kenapa pertanyaan-pertanyaan tersebut keluar dari mulut mereka.. karena ya.. begitulah haha.. Gak terasa akhirnya kami sampai juga di Pos Bayangan 2. Pada sebuah kesempatan saya menjelaskan kalau Pos 2 sudah dekat. Ciri-cirinya adalah medan dan setapak yang mulai landai dan cukup panjang.

Pos 2
Dan benar sodara-sodara, akhirnya kami sampai juga di Pos 2 sekitar  10:15, atau  tepat 4 jam perjalanan dari Basecamp.

Di Pos 2 ini cukup banyak aktivitas yang kami lakukan mulai dari bongkar carrier, pasang tenda, masak dll. Saya ( Den Baguse Hari ) sebagai mentor tak ketinggalan ikut serta aktif dalam aktivitas di Pos 2 sambil sesekali mendokumentasikannya.

Di Pos 2 ini kami istirahat cukup panjang, sampai jam 12 lebih. Rencananya, dari Pos 2 ini kami akan langsung summit. Pos 2 juga merupakan area yang ideal untuk mendirikan tenda dan bermalam, karena disana juga  tersedia air yang cukup melimpah.  Pos 2 adalah pilihan utama untuk bermalam saat mendaki gunung Merbabu via Wekas.

Sekedar informasi, di Pos 2 ini sekarang sudah tersedia toilet. Terakhir saya ke Merabu via Wekas pada 2016 lalu belum ada tuh. Sayangnya saya belum berkesempatan menjajal vasilitas yang disediakan ini, karena memang belum punya  hajat.. haiaaa... :))  jadi cukup melihat dari luar saja,  hahaha.

Track Pendakian Gunung Merbabu
Terpesona Oleh Track Pendakian Gunung Merbabu


Road to Pos 3
Kami kembali melanjutkan perjalanan untuk summit mulai pukul  13:15. Yap lewat tengah hari kami baru baru siap berjalan ke puncak. Sempat muncul rasa was was kalo nanti turun dari puncak saat gelap, alias after sunset, sehingga kami semua membawa senter sebagai antisipasi saat melakukan perjalanan turun dari puncak.

Masih ingat dengan salah satu peserta yang sakit? Akhirnya doi mewakilkan pendakiannya pada rekan-rekannya, dan doi menyukupkan pendakian gunung Merbabu sampai dengan Pos 2.

Dengan kondisi fisiknya yang drop, pendapaiannya patut kita apresiasi. Karena semangatnya dan juga keputusan yang diambilnya untuk tidak melanjutkan pendakian yang bisa beresiko dan menambah beban peserta lain.

Satu setengah jam perjalanan, kami sampai di Pos 3, sesuai dengan perkiraan kami. DI Pos 3 ini kami sempat beristirahat sebentar sambil membidik berbagai obyek menarik sebagai dokumentasi perjalanan. Jepret sana jepret sini.

Selanjutnya kami kembali melanjutkan perjalanan, melewati batas kabupaten / pertemuan jalur wekas dan kopeng. Disini jalur pendakian nampak terlihat jelas, yang  membuat mental beberapa peserta ciut.

Bagaimana tidak? Kami harus berjalan melintasi jalur jalur menanjak berupa punggungan dengan medan berbatu nampak jelas, dan kanan kiri yang curam.
Itulah gambaran jalur pendakian dari Pos 3 menuju puncak.

Tidak lama di pertemuan dua jalur, kami melanjutkan pendakian, berjalan secara terpisah dalam beberapa kelompok kecil, namun masih tetap terpantau.

Saya memilih berjalan paling belakang sebagai sweeper. Sebenarnya niat awal adalah sampai Pos 3 dan turun kembali untuk menemui rekan-rekan yang tidak melanjutkan pendakian.

Bau belerang siang itu  mulai tercium, terasa hingga ke saluran nafas kami. Oh ya.. bau belerang tersebut berasal dari  kawah kecil yang ada  di bawah gunung Kukusan.

Helipad - Summit
Pos helipad lanjut, hingga sampai di Pos Geger sapi (3000mdpl). Disini saya putuskan istirahat dan tidak lanjut, cukup mengamati mereka yg terseok seok menuju Watu Tulis yaitu pertigaan menuju Puncak Syarif di kiri  dan Kenteng Songo  di kanan.

Aku hanya duduk dan sesekali berdiri sambil mengamamti  rombongan yang berjalan beriringan, dengan leader Safrin (alumni Gsp 19). Harapan saya mereka tidak ke Puncak Kenteng Songo, karena memang waktu yang semakin sore.

Sambil duduk berlindung di batu besar, saya sempat tertidur... Zzz... Zzz.. Zzz.. karena angin sepoi-sepoi yang membius keheningan saya saat itu.

Dua orang peserta menjadi saksi saya tertidur saat itu, karena memang saya ditemani oleh 2 orang yang mencukupkan pendakiannya sampai dititik itu dan tidak melanjutkan ke puncak. Ah.. mungkin mereka capek :)

Akhirnya saya terbangun juga ketika mendengan obrolan pendaki dari UNS. Saat itu waktu menunjukkan jam 5 sore. Saya merasa tenang karena melihat rombongan mulai turun dari puncak.

Saya  masih menunggu di Pos Geger Sapi sambil  memastikan sampai barisan terakhir terlihat. Menjelang senja, rombongan dari puncak lengkaplah sudah dan  kami kembali berjalan turunmenujuy ke Pos 2, tempat dimana kami akan bermalam Minggu.

Nikmati Sunset Gunung Merbabu
Nikmati Sunset Gunung Merbabu


Gelap
Sesaat setelah sunset, suasana semakin sunyi dan dingin diiringi gelap yang mulai menghampiri kami. Senter mulai digunakan,  untungnya angin tidak begitu kencang.  Padahal saya sempat waswas saat menunggu mereka ke puncak,  karena saat itu angin bertiup cukup kencang.

Perjalanan menuju Pos 2 cukup lama, karena penglihatan yang berkurang dan hanya mengandalkan cahaya senter. Perlambatan semakin terasa ketika peserta cewek mulai drop, loyo dan ada juga yang mengalami kram kaki. Belum lagi mereka yang harus terjatuh dan bangun kembali karena tersandung, kepleset dll, *semoga tidak kapok ya adik adik.

Pos 2 Makin Dekat
Nampak di kejauhan cahaya senter dan suara-suara pendaki dari Pos 2 mulai terlihat dan terdengar. Alhamdulillah. Sesuatu sekali, karena itu adalah pertanda kalau kami semakin dekat dengan Pos 2 yang kami pilih untuk bermalam  minggu.

Dan... akhirnya kami sampai di Pos 2 sekitar jam 18.40. Ishoma, ada juga yang langsung tidur karena kecapean.

Masak dan Makan Malam
Sesi masak dan makan malam sudah dimulai.  Malam itu kami berbagi tugas untuk memasak nasi, mie, goreng ini itu dll, termasuk masak air.

Lepas makan malam, kami membuat api unggun dari ranting dan kayu yang kami kumpulkan sepanjang perjalanan turun dari puncak untuk menghangatkan badan sambil ngobrol tentang banyak hal.

Hingga malam beranjak larut dan sebagian besar dari kami gak sanggup lagi menahan mata untuk tetap melek akhirnya kami  beristirahat malam,  masuk ke tenda masing-masing.

Minggu, 23 Juni
Terbangun tengah malam karena mimpi si dia nelpon dan marah karena gak diajak.. eh..  rasa pegal di kaki :) haha.. duduk.. meluruskan kaki tidur lagi. Beberapa kali mengalami kejadian itu.

Untungnya malam itu cuaca cukup bersahabat,  karena udara tidak sedingin sewaktu di basecamp, sehingga saya masih cukup nyaman untuk menikmati malam itu.

Bangun jam 5 pagi saya cek ke luar tenda, masih sepi. Asli masih sepi. Segera membangunkan yang lain untuk sholat shuhuh. Selanjutnya beberapa rekan pendakian nampak mulai mencari spot terbaik untuk foto-foto, ada juga yg mulai memasak.

Sebagai menu sarapan utama pagi itu, kami memasak nasi dan sayur  sop.  Sebagai bonus, saya, Den Baguse Hari :)  membawa kacang ijo mentah untuk dimasak.

Oh ya sebelum dimasak, kacang biji ijo tersebut saya rendam air supaya matangnya tidak butuh waktu extra lama. Tapi karena ada sesuatu dan lain hal, planing tersebut tidak berjalan sesuai harapan. Syukurnya bubur kacang ijonya bisa dimakan meskipun ada yang cukup keras. Tapi saat kita mendaki, apapun bisa terjadi :))

Selesai sarapan,  kami semua beres-beres untuk persiapan turun. Tak lupa sampah dikumpulkan untuk dibawa turun. Jam 9 pagi semua siap untuk turun, sempat foto bareng di pos 2 dengan background gunung Sumbing Sindoro.

Unforgetable Moment di Puncak Gunung Merbabu
Unforgetable Moment di Puncak Gunung Merbabu

Setelah berdoa, kita semua bergerak turun. Perjalanan turun dari Pos 2 tidak memakan waktu yang terlalu lama. Kurang lebih 2 jam kita sudah bisa sampai basecamp.

Dan sesuai perkiraan tersebut, sampai basecamp saya melihat jam menukkukkan pukul 11 lebih sedikit.

Sesampainya di basecamp perasaan lega dan syukur kami rasakan. Sebagian dari kami mulai melakukan aktifitas bebas mereka untuk melepaskan penat setelah perjalanan berat naik - turun. Ada yang bersih-bersih, ada yg mandi, beli cilok, buat kopi dll.

Dari basecamp ini kami putuskan untuk pulang setelah sholat dhuhur agar tidak terlalu sore sampai di rumah.

Rincian Waktu Perjalanan
Basecamp - Pos :  1 jam sampai 1,5 jam
Pos1 - Pos 2 :  sekitar 2 jam
Pos 2 - Pos 3 : sekitar 1,5 jam
Pos 3 - Puncak ( Syarif / Kenteng Songo ) : sekitar 2 jam

Rincian Biaya Dari Kebumen


Berangkat :

Bus Kebumen  - Magelang : 30 ribu
Magelang - Basecamo (carter mobil bak muat 15 orang) : 300k

Pulang :
Basecamp - TerminalMagelang :  20 ribu
Terminal Magelang - Purworejo : 15 ribu
Purworejo - Kebumen : 12 ribu

Posting Komentar

0 Komentar