Fun Tracking Idul Fitri : Gunung Pangrango - Gede via Cibodas - Pondok Halimun ( Salabintana )

Yes Outdoor : Kisah pendakian ini berlangsung dari 30 Juli - 2 Agustus. Bisa dipastikan saat-saat Idul Fitri, kita merayakan libur panjang. Begitupun dengan kami. Nah, dalam rangka merayakan liburan panjang tersebut, setelah bersilaturahim dan saling bermaafan dengan sanak famili, tetangga dan juga teman-teman, kami (Jo, Ni, Sholah, Bi Nur, Bi Hani, Zs, Mang Sahrul & Bpk Bi Nur) berkesempatan untuk mengobati kerinduan akan aktivitas outdoor yaitu pendakian gunung.


Narsis - Cibodas
 Setelah sempat mengalami kendala simaksi, karena waktu yang mepet, akhirnya kami berhasil mendapatkannya untuk mendaki gunung Pangrango dan Gede. Thanks to kang Aceng :)

Awal perjalanan dimulai dari Cengkareng menggunakan motor, menuju Sukabumi, karena dari sanalah kita akan mengawali perjalanan. Perjalanan sore hari, mendekati pukul 5 sore, dan sempet mampir kerumah family di Parung dan istirahat sebentar, akhirnya kami lanjutkan perjalanan menuju Sukabumi. Rute yang kami pilih adalah melalui Batu Tulis, Cipaku dan berakhir di Cigombong.

Jalanan yang kami lalui  tidak terlalu lebar tetapi memiliki kontur yang asyik untuk dilewati, berupa tanjakan dan kelokan serta jalur menurun yang aduhai :)

Alhasil, sampai juga kami di Sukabumi, silaturahmia, cipika-cipiki, ngerumpi sebentar dengan keluarga bibi serta istirahat. Sekitar pukul 4 pagi, saya dan Ni bergegas menuju ke jalan, karena teman-teman lain sedang menuju ke lokasi kami.

Alkisah, kamipun bertemu dan segera menaiki mobil bak, untuk meluncur ke Cibodas, dimana disana telah menunggu mang Sholah, Zs dan kang Aceng Cs yang membantu simaksi kami. Bertemulah kami dengan mereka setelah beberapa jam menyusuri jalanan Sukabumi - Cibodas dengan udara yang segar pagi itu. Setelah berkemas dan mempersiapkan pendakian, kamipun bergegas menuju jalur pendakian.

Eit, karena sebagian pendaki itu narsis :) maka tidak lupa pula kami berfoto ria :) aheu.. heu.. Tak begitu lama, sampailah kami di pos pendakian untuk melakukan registrasi dan laporan bahwa kami akan mendaki Pangrango dan Gede :) dan semua berjalan dengan baik, perjalanan-pun kami lanjutkan menuju jalur pendakian yang saat itu rupanya banyak para pelancong yang ingin menikmati keindahan pemandangan serta sejuknya air terjun di Cibodas sana. Gw fikir, wah seperti mau ada panggung aja nih banyak pelancong dari luar kota, dan kerennya lagi mereka banyak yang minta foto bareng :) aw.. aw.. aw.. aw..


Jalan Setapak Menuju Pangrango Yang Wow

Lama juga saya gak menginjakkan kaki di jalur pendakian Gede Pangrango dari Cibodas, syukur alhamdulillah kali ini kembali bisa menikmati rimbunnya hutan dan sejuknya udara dialam terbuka. Meski pasukan sempet terpisah sebelum air panas, karena ada yang ngantuk dan tidur dulu setelah melakukan perjalanan panjang dan memang kurang tidur, tetapi akhirnya kami bisa kembali bersama saat istirahat makan siang.. aa.. aa.. aa.. aa..

Wah rupanya si bapak sempet mengalami kram kaki disana :) tetapi setelah mendapatkan sedikit perawatan, beliau bisa pulih kembali. Akhirnya makan siang itupun telah usai, dan kami kembali melanjutkan pendakian, menyusuri jalan setapak, sholat zuhur, kemudian ashar, akhirnya sampai juga di Kandang Badak yang lagi-lagi teman-teman telah menanti kehadiran kami disana.

Sempat berdiskusi sebentar di Kandang Badak, apakah akan ngecamp atau melanjutkan perjalanan. Akhirnya kami mengambil keputusan untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak Pangrango sebagai "bonus pendakian" pada sore hari menjelang petang.

Track yang kami lewati mulai lebih sulit dengan banyaknya akar melintang dan juga pohon-pohon tumbang yang menghalangi jalur pendakian. Dan sebagian besar pepohonan tumbang itu terlihat dibiarkan begitu saja. Mungkin karena jarang orang mendaki ke Pangrango, wah jadi ingat pendakian ke gunung Raung  yang memang sempet memaksa saya berjalan jongkok, bahkan merayap dengan mendorong tas carrier karena jalurnya yang rungkut alias rimbun sangat :)

Narsis - Suryakencana
Ngomong-ngomong, hari mulai gelap, kami-pun mengatur strategi perjalanan dan mengeluarkan senjata malam berupa alat penerangan. Ternyata ada anggota kami, Bi Hani yang mulai kelelahan, karena memang ini adalah pendakian perdananya.

Mungkin udah biasa dalam suatu pendakian terdapat kepentingan yang berbeda-beda antar anggota tim, dan juga "nafsu" untuk bisa memburu puncak tertinggi Pangrango. Hal itu menjadikan kami harus bisa mengatasi situasi tim saat itu, saat sebagian ingin segera muncak, saat kami harus mempertahankan keutuhan dan keselamatan tim, akhirnya dengan suatu adu argumentasi dan pandangan serta ulasan apabila kita memaksakan diri untuk terus mendaki dan mencapai puncak dengan kondisi tim yang tidak sama, dan resiko yang mungkin terjadi, serta pertimbangan lain bahwa perjalanan baru ssetengah sebelum menuju Gede dan kelak turun via Pondok Halimun, akhirnya tim setuju untuk ngecamp disuatu area sebelum puncak.

Pasang Tenda

Dalam rangka memberikan kenyamanan istirahat, maka segera tenda kami dirikan sebelum tubuh kami benar-benar tersiksa udara dingin. Yak, dingin, karena memang saat itu udara terasa lebih dingin daripada waktu-waktu sebelumnya.

Bim salabim, akhirnya 2 tenda berdiri, komporpun mulai kami gunakan untuk masak dan kam menikmati sisa malam itu untuk beristirahat.

Pagi itu tanpa mendengar bunyi ayam berkokok, sebagian besar dari tim telah terbangun, dan membangunkan yang lainnya. Sementara saya tetep aja bermales-malesan dalam sleeping bag. Mencoba memanjakan mata, meski teman-teman pada sibuk dengan aktivitas mereka, entahlah apa itu saya gak tahu. Beberapa kali saya dengar mereka memanggil, tetapi saya masih enggan keluar.. hahaha.. dasar nih orang! Yah namanya juga lagi menikmati suasana.. jadi wajarlah sedikit bermanja dan bermalas-malasan.

Singkat cerita, kami telah berkemas dan bersiap melanjutkan perjalanan dengan meninggalkan tenda kami dan hanya membawa perbekalan seadanya untuk summit attack. Tu wa ga, langkah kami terus berpacu dengan waktu dan nafas yang mulai berlarian dari hidung. Meskipun tim kembali terpisah, tapi biarlah untuk kali ini, karena memang puncak tingga beberapa saat lagi, dan lagi-lagi Bi Hani belum pulih benar dari rasa capeknya :) terus bi.. semangat.. puncak udah nungguin tuh :) hehe.. begitulah kami menyemangatinya..
Pasukan Turun Gunung

Akhirnya, sampai juga kami di puncak tertinggi Pangrango, foto-foto narsis dan dilanjutkan menuju alun-alun Mandalawangi untuk kembali berfoto narsis, mengambil bekal air dan makan siang diarea yang memang indah dengan tumbuhan edelweis yang sedang bermekaran. Woow.. keren!!

Kami terus menikmat suasana indah disana dengan jalan-jalan dan berbincang dengan anggota tim, sampai akhirnya dilanjutkan dengan masak air dan makan. Eit ada rendang juga tuh.. mantaap.

Bukannya kami bosan berada di alun-alun Mandalawangi, tetapi kami harus bijaksana dalam management waktu, mengingat kami masih harus mendaki gunung Gede dan ersoknya baru turun melalui Salabintana.

Kamipun bergegas, melanjutkan perjalanan untuk turun dan menuju tenda. 40 menit kami berjalan, akhirnya sampai juga ditenda. Repacking, makan siang, shalat zuhur, bongkar tenda dan melanjutkan perjalanan menyusuri jalan setapak yang menurun, hingga akhirnya sampai juga di pertigaan antara Kandang Badak, Puncak Pangrango dan Gunung Gede.

Beristirahatlah kami disana, sementara mang Solah dan Sarul kembali menimba air di Kandang Badak, saya dan Ni shalat Ashar dan bapak, Zs, Bi Nur dan Bi Hani ketawa-ketawa sambil menatap gadget yang merekam aksi narsis kami.. hahahaha... dasar :)

Summit Attack Gunung Gede

Setelah semua selesai dengan aktivitasnya, dan tim telah kembali berkumpul, segeralah kami bergegas menuju ke puncak gunung Gede. Perjalanan kali ini terasa lebih nyaman dan enak, dengan jalur yang lebar dan tak ada halangan berupa akar melintang atapun pohon tumbang :) wah, asik nih.

Kaki kami terus melangkah, sampai akhirnya kami mendekati area puncak gunung Gede. Dijalur berbatu ini, saya instruksikan mang Solah dan mang Sarul untuk membuat tenda diarea sebelum puncak dan jangan dulu turun ke alun-alun Surya Kencana, dengan pertimbangan udara lebih dingin disana, dan agar bisa menikmati sunset maupun sunrise dari area puncak gunung Gede.

Jleb.. ternyara merea terlalu bersemangat hingga sedikit melupakan tim ini ada 3 orang perempuan dan bapak yang harus bersusah payah berjalan di area tinggi dengan oksigen terbatas serta fisik yang terkuras. Bener saja, saya yang memang berjalan paling belakang menemukan tiga orang anggota kami sedang istirahat dan "bingung" harus melangkah kemana, karena mereka memang belum sekalipun mendaki Gede.

Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, akhirnya saya bergegas mengajak mereka ke lokasi yang lebih aman dari terpaan angin yang memang cukup kencang petang itu. Segera mendirikan tenda, dan alhamdulillah selesai dalam waktu yang singkat, meminta mereka masuk kedalam untuk menjaga suhu tubuh dan menikmati makanan yang ada.

Setelah semua terlihat aman, segera saya putuskan untuk menyusul tiga orang anggota tim yang ternyata telah mendirikan satu tenda di puncak Gede, tepatnya sekitar jalur turun ke Surya Kencana. Perjalanan kesana malam itu lumayan juga, dengan hawa dingin dan terpaan angin kencang. Dengan berjalan kaki dan sesekali berlari kecil, sampai juga kelokasi mereka berada.

Hello... ba.. bi.. bu.. kami berdiskusi ini itu eta.. akhirnya mereka paham juga.. Saya bawa satu tenda tanpa frame, karena memang frame ada di tas saya dibawah :) dan meninggalkan mereka bertiga yang kembali bongkar tenda.

Setelah berjalan dalam penerangan lampu dan udara dingin serta angin kencang, sampailah saya di lokasi tenda berdiri. Segera mendirikan tenda dengan dibantu oleh si seterong Ni, bongkar muatan dan menunggu tiga orang anggota dari atas yang menuju lokasi kami.

Alkisah malam itu ada bapak yang kembali kram kaki, bi Nur yang juga drop, Bi Hani juga Ni yang kelelahan hingga melewati malam itu berasa lebih lama, meskipun malam itu ada 3 tenda berdiri. Saya sendiri menyerahkan sleeping bag untuk digunakan bi Hani dan malam itu tidur menggunakan SB lain alias Sarung Bag :) Entahlah apa yang ada dibenak teman-teman kami semua malam itu, tapi yang jelas memang malam terasa lebih lama.

Akhirnya pagi yang lebih hangatpun tiba, dan kami kembali beraktivitas diluar tenda, berfoto narsis, menghangatkan badan dan masak untuk kami sarapan dan minum hangat. Tak lupa juga kami membuat agar-agar.


Pepohonan di Ci Leutik
Muncak Gede dan Turun Suryakencana - Pondok Halimun

Perjalanan selanjutnya adalah muncak ke Gede sambil jalan santai dan bernarsis ria disepanjang jalur setapak menuju puncak dan jalur Suryakencana. Gak harus berlama-lama kami disana, segeralah menyusuri jalur setapak berbatu ke alun-alun Suryakencana. Entah berapa waktu yang kami tempuh, akhirnya sampai juga kami di lapangan yang memang menjadi primadona para pendaki gunung Gede dari jalur manapun (Gunung Puteri, Cibodas maupun Salabintana).

Sampai di Suryakencana, kami istirahat, 5 orang anggota tim berniat untuk menuju area batujajar yang merupakan salah satu situs sejarah yang ada di area gunung Gede, entah dengan alasan apa tapi biarlah mereka menunaikan keinginannya kesana sedangkan saya, Ni dan bi Hani hanya menunggu di Suryakencana, dan menyiapkan makan siang untuk mereka juga air hangat yang bisa mereka nikmati saat kembali dari menunaikan keinginan mereka.

Benar saja, beberapa jam kemudian mereka kembali dan dengan lahapnya menyantap nasi uduk, sambal dan ikan yang kami masak.. wkwkwkwk.. kasian banget sih mereka? wkwkwk..

Akhirnya setelah mereka selesai menyantap hidangan makan siang dan repacking, kita lanjutkan perjalanan menuju jalur Salabintana. Siang itu angin berasa sangat kencang yang membuat kami terhuyung untuk melangkah, meskipun cuaca juga terasa terik dikulit. Maklum, saya pakai celana dan kaos pendek. Dalam hati, alamaak.. terbakarlah kulit ini... eww...

Kami terus berjalan menyusuri setapak menuju jalur Salabintana. Sempet bertemu dengan rombongan lain, sempet juga memberikan treatment pada salah satu pendaki dari jalur Salabintana yang mengalami kram kaki, untuk kemudian istirahat dan kembali mengisi perbekalan air di Ci Leutik yang merupakan sumber air dari jalur Salabintana.

Dari situ perjalanan yang harus kita lalui adalah sekitar 6-7 Km lagi, entahlah berapa tepatnya karena saya lupa dengan jarak yang tertera dipapan penunjukk di lokasi itu. Disitu juga kami menyiapkan alat penerangan karena memang matahari mulai tenggelam dibalik bukit, sehingga jalur mulai gelap.

Jalan Dalam Gelap dan Pacet Yang Sok Akrab :)

Malam itu kami terus berjalan dengan cahaya terbatas dalam menyusuri jalan setapak karena memang tidak semua anggota tim masih memiliki cukup penerangan, alhasil kamipun harus berbagi cahaya.

Yang pasti perjalanan malam dan gelap tidaklah semuadah seperti kita berjalan siang hari dengan cahaya yang berlimpah. Saat malam mata dan fikiran kita harus lebih  fokus dan jeli dalam memilih jalur, karena memang dijalur ini masih banyak akar melintang dan juga pohon tumbang yang melintang dijalur pendakian.

Entah berapa kali anggota tim kami terjatuh, dan entah berapa orang yang "berbagi rasa" dengan pacet jalur Salabintana / Pondok Halimun ini. Yang jelas, saya kebagian 4 ekor pacet di kaki.. ih keren :)

Setelah melewati semua rintangan dalam perjalanan, akhirnya sampai juga kami di pos pendakian dan segera melaporkan diri dengan menyerahkan surat Simaksi dan menyimpan sampah bawaan kami dilokasi yang telah ditentukan mereka.

Ohya, untuk teman-teman pendaki agar ingat untuk membawa kembali sampah, minimal sampah pribadi kita jika enggan untuk mengangkut sampah pendaki lain di jalur pendakian. Meskipun kadang sampah-sampah itu bisa jadi petunjuk jalur pendakian :(

Mungkin pernah dengar anekdot berikut ini, "Jika kamu tersesat di gunung di Indonesia, maka sampah bisa jadi petunjuk menuju jalur yang benar!"

Duh, sampai segitunya yah? gunung-gunung kita dikenal dengan sampahnya?

Oia, di pos pendakian gede via PH ini kami disuguhi air hangat, hingga bisa membuat teh manis untuk menghangatkan badan dan membuat tubuh kami lebih rileks. Akhirnya setelah sekitar satu jam, kami berpamitan dengan akang-akang relawan disana, menyewa mobil dan melanjutkan perjalanan ke Sukabumi.




Posting Komentar

0 Komentar