Pendakian Gunung Ciremai Awal Tahun 2014

Yes Outdoor : Duh betapa senangnya bisa kembali menikmati keindahan dan pesona gunung Ciremai, apalagi kali ini melalui  jalur yang memiliki track lebih bersahabat jika dibanding dengan Jalur Linggarjati yang banyak disebut extrim itu.

Ini merupakan pendakian gunung Ciremai melalui rute Palutungan dan jadi pendakian dengan banyak peserta mencapai 31 orang dengan berbagai latar belakang,pengalaman dan tentunya juga karakter.

Pendakian tersebut dilaksanakan pada 31 Januari - 2 Februari 2014 kemarin. Meski secara resmi TNGC ditutup tetapi sebelum edaran penutupan pendakian tersebut keluar, kami telah mendapatkan ijin dan juga tiket untuk melakukan pendakian dan opsih jalur Palutungan & Linggarjati.

Hari Pertama
Setelah melalui perjalanan cukup lama, akhirnya kami sampai juga di Pos Pendakian Palutungan sekitar pukul 13 siang. Sebelumnya kami lakukan checking sambil melakukan persiapan tim dan pribadi serta koordinasi dengan seluruh pendaki, hingga sekitar pukul 15:00 sore kami mulai bergerak menuju jalur pendakian. Target kami pada sore hari itu adalah Pos Cigowong, sebagai area nge-camp.
Foto Bareng di Pos Cigowong

Setapak demi setapak kaki kami melangkah dalam satu rombongan besar, sambil memungut sampah plastik yang kami temui disepanjang jalur. Tak terasa satu jam waktu telah kami lalui, istirahat sambiul bercanda di sekitar hutan pinus dan  melanjutkan lagi perjalanan menyusuri setapak hingga akhirnya sampai juga kami di Pos Cigowong pada pukul 17:00. Lega rasanya ketika melihat sebuah pondok pendaki dan area luas disana tempat kami akan bermalam.

Suasana ketika itu mulai gelap dan hujan rintik-rintik juga mulai membasahi bumi. Untung kejadian itu tidak berlangsung lama, meskipun telah membuat area sekitar basah, termasuk pepohonan dan ranting-ranting kayu yang ada disekitar kami.

Dalam waktu tidak terlalu lama disana telah berdiri tenda-tenda kami dan juga ada shelter dari flysheet milik om Fredy :) Segera kami memulai aktivitas petang itu dengan masak, bikin api unggun, makan malam, ramah tamah dan kegiatan lainnya hingga waktu berganti pagi.

Hari Kedua
Singkat cerita, pagi itu kami telah berkemas, tenda-pun telah di repacking dan kami melanjutkan perjalanan setelah sesi foto bersama :)

Air berlimpah di Cigowong
Oia di Pos Cigowong ini juga menjadi tempat untuk mengisi bekal air selama perjalanan naik dan turun gunung Ciremai. Hal itu dikarenakan adanya air yang melimpah di pos ini. Kita bisa mengambil air tersebut dari bak ataupun langsung dari pipa yang ada disebuah gubung deket sungai kecil. Gubug itu juga sebagai  kamar mandi dan WC yang cukup terawat meskipun berada ditengah hutan. Semoga akan terus seperti itu, biar kita nyaman saat menggunakannya.

Jalur yang dilalui pada hari kedua ini relatif lebih bervariasi antara tanjakan ataupun jalur yang menurun serta jenis tumbuhan hutan yang lebat dan banyak juga tumbuhan dengan ukuran besar. Bahkan saya juga sempat takjub ketika melihat pohon pinus yang memiliki ukuran besar, mengingatkanku pada pendakian ke gunung Raung dulu.

Perjalanan siang itu kami lewati tetap dengan pemungutan sampah plastik sepanjang jalan yang kami temua hingga ke Pos Kuta, Pangguyangan Badak dimana ketika banyak dijumpai tapak kaki dari babi hutan dibeberapa lokasi, Arban, Tanjakan Asoy, Pesanggrahan, Sanghyang Rokoh, simpang jalur Palutungan dan Apuy serta Gua Lawa yang kami jadikan tempat bermalam dihari kedua itu.

Simpang Apuy - Palutungan
Sepeninggal kami dari Sanghyang Rokoh, perjalanan mulai diselimuti kabut dan hujan. Hal itu semakin terasa ketika kami hampir melewati simpang jalur pendakian Apuy dan Palutungan.

Tenaga mulai terkuras, perut mulai disomasi oleh para cacing yang bernyanyi serta meneriakkan yel-yel  "makan.. makan.. makan" hahaha.. just kiding :) Saat itu tim kami telah berubah menjadi 3 kelompok. Salah satu alasannya adalah agar tim pertama bisa segera mendirikan tenda disekitar Gua Lawa seperti rencana perjalanan kami.

Sempat memasak, menikmati satu nesting mie hangat, babadotan dan juga buah segar untuk si kribo :) Perjalanan kami lanjutkan sesaat setelah kami kemasi seluruh alat masak dan makan kami.

Berjalan dengan iringan kabut dan angin serta gerimis yang terus membasahi kami. Akhirnya sampai juga disuatu tempat kami temui  pohon edelweis pertama. Wah.. semangat kami makin membubung untuk segera mencapai Gua Lawa.

Suasana didepan gua Lawa
Ditengah kabut yang semakin tebal, kami akhirnya berhasil sampai di sebuah prasasti pendaki yang meninggal disana, kami lanjutkan lagi langkah kaki hingga akhirnya ketemu juga dengan salah satu tim pertama di pertigaan menuju Gua Lawa.

Dengan memanjat batu setinggi kepala, kamipun mengambil jalur kekanan dan menurun untuk sampai di gua tersebut. Benar saja disana telah berdiri beberapa tenda dan terlihat jua kawan-kawan kami yang masih mencoba untuk mendirikan tenta.

Ditengah suasana berkabut, gerimis dan dingin itu saya-pun segera membongkar carrier, dan mendirikan tenda. Tidak butuh waktu lama tenda kami telah berdiri. Segera kami bongkar semua isi tas, mengganti sepatu dengan sandal, memasak air untuk menghangatkan tubuh kami yang memang mulai merasakan efek dari suhu rendah.

Alhasil, semua tim telah lengkap dan pada malam itupun kami lalui disekitar gua. Bercanda, menikmati api unggun, makan malam dan istirahat tidur hingga pagi karena sepanjang tengah malam itu hujan tiada berhenti terus mengguyur area dimana kami bermalam.

Hari Ketiga
Persiapan Summit Attack & Savety
Bahkan sampai kami terbangun pagi hari, hingga kami makan bersama hujan masih terus mengguyur disertai dengan turunnya kabut. Summit attack-pun dilalui dengan survey awal, dan tim berikutnya setelah mendapat laporan dari mereka yang jalan naik turun puncak dan gua lawa.

Setelah mendapat laporan, bahwa cuaca diatas cukup ektrim dengan badai, hujan dan angin, kami-pun dengan sabar menunggu saat yang lebih bersahabat. Meski waktu itu tak jua datang, kami tetap memiliki tekat untuk summit attact meski dengan mengubah rencana untuk crossing turun via Linggarjati.
Persiapan Summit Attack

Dengan memperhatikan untuk keselamatan dalam summit attact, tim ini merencanakan dan mempersiapkan semua hal yang berhubungan dengan keselamatan perjalanan. Syukur, alhamdulillah semua personal yang mengejar puncak bisa berhasil melaksankan misi dan kembali lagi ke gua Lawa dengan penuh rasa bangga, bahagia dan entahlah apa yang ada difikiran mereka :) Selamat ya bro & sist untuk pencapaian yang luar biasa.

Agenda selanjutnya adalah melanjutkan perjalanan, kali ini adalah turun gunung :) Seperti diceritakan sebelumnya bahwa dengan mempertimbangkan faktor keselamatan tim serta cuaca yang tidak bersahabat, maka kami membatalkan untuk crossing dan turun melalui jalur Linggarjati, maka kami putuskan untuk mengambil jalur yang sama ketika kami mendaki.

Perjalanan turun  gunung itu masih saja diselimuti dengan badai dan hujan, bahkan itu terus berlangsung hingga sampai di Pos Cigowong. Meski lagi-lagi pasukan kami tidak berjalan dalam satu kelompok besar, tapi saya bisa pastikan jika semua merasakan hujan yang mengguyur selama perjalanan itu.

Setelah berjalan beberapa jam, akhirnya menjelang pukul 18:40 malam sampailah saya di Pos Pendakian Palutungan. Sebelumnya telah ada yang bergerak untuk cari mobil carteran yang akan mengantar kami ke mabes. Disana telah banyak kawan-kawan yang tengah duduk-duduk santai ataupun gelisah menanti kedatangan rekan kami yang belum juga turun.
Puncak yang Berkabut

Bahkan sempat kami menunggu 7 orang dari rekan kami yang ada dikelompok terakhir hingga pukul 00:30 dinihari. Belum juga mereka turun, sedangkan mobil yang kami carter telah menunggu sejak pukul 21 malam itu. Kami hanya menatap lampu yang sesekali berkedip diketinggian dan jalur pendakian itu.

Tapi akhirnya, kami putuskan untuk berjalan pulang terlebih dahulu meninggalkan 7 orang rekan kami dibelakang. Dan akhirnya kami sampai di mabes sekitar pukul 03:30 pagi.

Hari Keempat
Ada perasaan was-was mengingat mereka belum juga turun, tapi akhirnya kami memperoleh kabar dari 7 orang tersebut telah sampai di pos Palutungan. Aah.. lega  rasanya. Akhirnya bisa pulang dan kembali ke peradaban dengan kesibukan harian dan akrab dengan padatnya lalu-lintas kota.

Sayang sekali saya belum sempat bertemu langsung dengan mereka yang konon punya cerita seru selama turun gunung itu :) meski kami juga ada cerita-cerita yang mirip, tapi maaf.. tidak untuk dipublish.. dan ah.. sudahlah :)


Posting Komentar

0 Komentar