Pendakian Gunung Merapi Yang Penuh Cerita

Yes Outdoor : Salah seorang pendaki yang  pernah berbagi kisahnya dalam pendakian sebelumnya ke Sumbing dan Sindoro kembali berbagi dengan Yes Outdoor dalam kisah perjalanan dari pendakian gunung Merapi yang baru saja ia lakukan.

Berikut ini adalah kisahnya :

Untuk kali ini w mau cerita tentang pendakian mt. Merapi yang baru saja w jalanin kemaren (25 Juli 2016). Ini adalah pendakian ketiga w di Jateng.

Sebuah pendakian yang meninggalkan banyak kesan di mt. Merapi. Mungkin karena ini adalah pengalaman pertama w ke sana, makanya agak lebehh. Haha.

Sudah-sudah mari fokus denger cerita w dari awal w nyobain naik kereta ekonomi AC turun di Lempuyangan (Jogja). Mulai dari dikreta, w udah ngerasain sakit karena tempat duduknya yang tegak lurus jadi berasa ga enak waktu duduk, jangankan buat tidur, buat nyender juga kaya sakit tulang rusuk w.

Ditambah lagi ada ada mba-mba yang jail foto w karena dia gak suka kakinya yang selonjoran w geser dikit untuk berbagi ruang. Lagian kocak, dia beli bangku 1 pengennya 2. DIfikir beli ciki disupermarket kali ya? Beli 1 gratis 1 haha.

Pendakian gunung Merapi
Senja menjelang Pos 2

Dia ngambil foto w pas lagi merem mencoba menyamankan diri dalam perjalanan dan tempat duduk yang sandarannya vertikal. Dikiranya w gak tahu.

Setelah dia ambil foto w, gak mungkin dong w hanya diam seolah gak ada apa-apa? Selanjutnya gantian w yang beraksi memotret mbak-mbak itu tanpa sembunyi-sembunyi seperti yang dilakukannya. Haha

Rupanya dia juga mau ikutan aksi w tadi.Terus dia mau ngikutin aksi w dalam memotret. Langsung z w serang dengan kata-kata "Hey mbak, kalau gak mau diusilin jangan usil ke orang, dikira w kga tahu yang mbak lakukan?". Hanya gertak sambal sih, biar dikira w galak, padahal sih dalam hati w ngakak. Ah, sudahlah.. bukan kisah yang asik untuk dijabarkan disini haha

Sekitar jam 7 pagi, akhirnya kereta sampai juga di stasiun Lempuyangan. Gak nunggu lama perjalanan dinlanjutkan mencari angkutan menuju terminal Jombor untuk meluncur ke Blabag.

Sebenarnya sih jalur ini kurang direkomendasikan karena kendaraan yang terbatas dari Blabag ke Kopeng, tapi gak apalah kita lewat sana. Ohya, kalau dari Solo bisa naik bus jurusan Semarang (atau sebaliknya, Semarang - Solo) minta turun di Surowedanan dan lanjut  ke Cepogo yang gak jauh kok. Bisa jalan kaki. Biasanya kondektur udah tahu kalau kita memang mau ke Merapi atau Merbabu via Selo.
Pendakian gunung Merapi
Anak SD itu imut-imut :)


Nantinya dari sana perjalanan dilanjutkan dengan mobil menuju Selo. Tapi ingat, sebaiknya dilakukan pagi hari karena kalau sudah sore kendaraan akan semakin susah didapat.

Lanjut perjalanan ke Blabag

Perjalanan dari Jombor - Blabag cukup murah sih, hanya 10 ribu rupiah kita bisa turun di perempatan Blabag. Sesampainya disana menyempetkan dulu belanja logistik yang masih kurang.

Setelah selesai belanja, selanjutnya mencari angkutan ke arah Tlatar. Kebetulan saat menunggu angkutan, ketemua sama ibur-ibu mau naik angkot yang sama. Sempat ngobrol santai kita disana tentang keadaan jalan juga asal usul kami haha.

Beberapa menit kemudian angkot muncul, pas naik terus duduk ditengah ibu-ibu tua (sebenarnya semuanya ibu-ibu tua, kakek-kakeknya cuma 1). Baru nempel tuh di bangku, w diserang beberapa pertanyaan sekaligus sama mereka yang ada didalam angkot hampir bersamaan. Kompak banget dah mereka nanya. Dari mana? Mau kemana? Sama siapa? Asli mana? Banyak deh, rata2 pakai bahasa Jawa, yang cuma w hadepin dengan senyuman, karena memang w kagak ngerti pertanyaan mereka sampai akhirnya mereka sadar ada makhluk asing memasuki kawasannya haha.

Ada pertanyaan yang masih w inget, "Mau kemana?" W jawab "Ke Selo". Terus 4 orang ibu-ibu lainnya langsung nanya balik lagi "Mau ke Selo apa Celo?" Wah w langsung ngelirik sih gimbal yang jadi kenek, berdiri di pintu samping. Karena w gak tahu cara bacanya Selo itu gimana. Haha...

Selanjutnya  ada anak kecil juga naik angkot, dengan ramahnya mereka senyum manis manja gitu ke w. Gak tahu w yang lebay, apa emang w cantik, makanya mereka pada senyum-senyum. W tanya mereka kelas berapa, karena mereka benar-benar masih kecil imut-imut.

Mereka emang masih kecil, baru kelas 1 SD. W cuma bisa bilang hebat ke mereka, karena udah berani naik mobil sendiri. Dengan bangganya mereka bilang "Iyah, biar berani!"

Ada juga anak kecil sama ibunya, umurnya baru 3 tahun tapi berat badannya 32 kilo. Bisa bayangin dong gedenya segimana? Asli sekel bgt badannya. Haha

Dalam perjalanan itu kami terlibat obrolan akrab dengan semua penumpang termasuk pak dhe supir, karena memang orang-orang disana ramah-ramah.

Gak kerasa sampailah w di Tlatar. Harusnya nyambung angkot lagi ke Selo, tapi karena kami gak mau berlama-lama disana setelah semaleman merasakan perjalanan jauh Jakarta - Yogya yang bikin penat, akhirnya kami carter satu angkot.

Ya kami carter 1 angkot, karena kalau harus menunggu penumpang lain akan butuh waktu lebih lama lagi. Dan benar aja, rupanya sopir juga bisa ngebaca kalau kami ingin cepat sampai. Akhirnya mereka menawarkan untuk carter aja dengan tarif Rp.120.000 sampai basecamp Barameru di kaki Merapi.

Kami gak tahu harga normal carter disana berapa, tapi daripada harus berlama-lama akhirnya terjadilah sedikit nego dan hargapun mendapat discount 10 ribut menjadi Rp.110.000.

Segera sopir tancap gas, menuju Selo melalui jalan yang berkelok dan naik turun serta beberapa bagian rusak dan sebagian lagi sedang dalam perbaikan.

Akhirnya menjelang tengah hari sampai juga kami di basecamp  Merapi. W cuma numpang makan bekal dari mamah, terus tiduran merebahkan diri sebentar.

Jika mau nyaman istirahat di kaki merapi, bisa mencoba Homestay Satria, yang kebetulan kami sempat ngobrol banyak dengan yang punya saat sedang di basecamp Merbabu.

Pendakian

Setelahnya langsung mengurus simaksi dan membayar Rp.16.000 per orang sebagai pengganti tiket masuk. Persiapan dan planing segera dijalankan, dan pada pukul 2 siang lebih sekian kami mulai melangkahkan kaki kami menyusuri jalan menuju jalur pendakian Merapi yang dari basecamp itu langsung nanjak.

Oh ya sebelumnya kita berdoa dulu. Pokoknya jangan pada lupa berdoa sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan termasuk pendakian ya!

Track yang dilalui hampir-hampir gak ada bonus, nanjak dan nanjak terus yang banyak ditemui. Maklum aja, ini kan naik gunung ya? haha.

Pendakian gunung Merapi
Pose berantakan di Pasar Bubrah saat badai melanda :)

Memang naik gunung sih, tapi ini sepertinya gimana gitu? sampai-sampai w ngomong sendiri "ini Ga ada bonus apa?" Asli engap, boros nafas dibuatnya.

Perjalanan terus dilakukan dengan santai sih, sampai kami sampai di Pintu Rimba atau Pintu Pendakian gunung Merapi. saat itu, itulah bonus yang kembali memompa semangat untuk segera muncak. Haha..

Selanjutnya perjalanan dilanjutkan sampai menemukan Pos 1 ( Watu Belah ). Gak lama sih, mungkin 30 menitan. Disana hanya membaca petunjuk jarak dan waktu yang biasa ditempuh secara normal sambil sesekali melakukan dokumentasi perjalanan.

Sampainya di Pos 1 kabut sudah mulai datang menghampiri dengan membawa hawa dingin yang menyejukkan. Sama seperti di Pintu Rimba, kami juga mendokumentasikan perjalanan hingga ke Pos 1 ini. Foto-foto dikit sambil ngumpulin nafas dan lanjut perjalanan menuju Pos 2.

Dalam perjalanan menuju Pos 2 ini track masih tetap menanjak dengan kombinasi batuan disana sini. Jadi harus selalu waspada supaya tidak kepleset ataupun nendang batu. Sayang kaki kita haha

Pendakian gunung Merapi
1.. 2.. 3.. Klik

Nah, dalam perjalanannya mendaki Merapi, track menuju Pos 2 kami menemukan moment yang amat sayang untuk dilewatkan. Pemandangan yang indah dengan semburat warna langit begitu menawan.

Dengan kesadaran penuh, akhirnya foto-fotolah di jalur itu untuk mengabadikan momen yang langka dan tidak kita temukan di Jakarta.

Tidak berdiam hanya di satu tempat tapi sepanjang perjalanan sambil mencari spot yang indah untuk berfoto. Karena kita memang tahu perjalanan ke lokasi yang direncanakan untuk ngecamp di antara Pos 2 dan Pasar Bubrah tidaklah terlalu memakan banyak waktu.

Foto foto foto foto, gaya ini gaya itu, pose begini pose begitu, atur kamera, pindahkan tripod dll sangat sering dilakukan hingga hari menjelang senja dan senja benar-benar datang waktu itu.

Sampai tiba waktunya sunset dan cahaya langit mulai redup, kami percepat langkah kaki menuju Pos 2 dan langsung dilanjutkan ke lokasi untuk ngecamp.

Dalam perjalanan itu, ketemulah kami dengan dua pendaki lain asal Jakarta dan bersama-sama melanjutkan perjalanan ke lokasi ngecamp. Sampai diarea yang cukup ideal, kami segera mencari lokasi dekat pohon cantigi untuk mendirikan tenda supaya terlindung dari tiupan angin yang  saat itu bertiup lumayan kencang hingga hawa dingin makin menusuk tulang.

Pendakian gunung Merapi
Berasa beku saat berlinduang dibalik batu

Turunkan ransel, bongkar, keluarkan tenda, pasang tenda. Itulah yang kami lakukan sampai tenda benar-benar berdiri dan barang-barang kami masukkan kedalamnya.

Langit nampak cerah waktu itu, sampai sekitar pukul 10 malam mulailah angin besar bertiup makin kencang menggoyangkan tenda.

Asli dingin bangettt... Hal ini berlanjut sampai pagi, bahkan jam  5.30 pun angin masih tetap saja bertiup dengan kencang, meski tidak sekuat beberapa jam sebelumnya.

Sambil menikmati moment sunrise, para pendaki mulai melanjutkan perjalanan menuju Pasar Bubrah. Termsuk dua orang pendaki asal Jakarta yang bertemu kami sesaat sebelum Pos 2 dan mendirikan tenda di lokasi yang sama.

Mereka langsung ke atas, sedangkan w lanjutin tiduran dulu sampai jam 06.30. Langsung berkemas, mempersiapkan bekal yang akan dibawa summit attack.

Ketika melalui pertengahan jalur Pos 2 ke Pasar Bubrah  angin yang disertai kabut semakin liar bertiup. Hal itu mengakibatkan terbatasnya pandangan, bahkan hawa dingin juga semakin kuat menyerang.

Pendakian gunung Merapi
Tempat menarik nafas dan menghitung lama perjalanan :)

Untuk mengatasi hal tersebut, dalam perjalanannya w sesekali berlindung dibalik batu. Hanya suara-suara angin disertai tebalnya kabut yang menelan teriakan para pendaki yang bisa dinikmati tanpa melihat sosok-sosok para pendaki Merapi dengan jarak lebih dari 5 meter. u


Benar-benar sebuah perjalanan yang berat waktu itu, bahkan pendaki dari atas sudah mulai pada turun. Beberapa orang turis asing bahkan jas hujan plastik yang dikenakan nampak robek berantkan dan terdengar suara seperti sedang ditarik-tarik akibat diterjang badai waktu itu.

Dalam situasi genting itu, sih gimbal coba bikin suasana tenang dan mengalir dengan mengabadikan moment itu. Yang entah gimana bikin w jadi menikmati kondisi saat itu dengan tingkat kepanikan tidak sehebat sebelumnya. Tapi mungkin videonya tidak disertakan disini karena w belum sempet mindahin video yang merekam moment mendebarkan itu.

Hanya jalan dan berlindung dibalik batu yang kami lakukan sambil coba diabadikan moment yang ada. Sempat ada pilihan saat itu dalam suasana badai yang menerjang kami yaitu terus maju ke Pasar Bubrah atau turun ke tenda (Pos2).


Tapi dengan hati-hati w lanjutin jalan ke pasar bubrah. Penglihatan juga cm setengah meter lebih dikit pada beberapa moment badai tersebut. Semua ketutup kabut dan tiupan angin. Saat itu menjadi sebuah perjalanan yang sempet bikin w gak yakin sama diri w sndri buat smpai Pasar Bubrah maupun kebawah.

Akhirnya dengan motifasi dan petunjuk yang w terima, sambil mengatur ritme sampai juga kami di  Pasar Bubrah. W langsung  stop disana dan berusaha mengabadikan dengan foto-foto cantik haha. Tapi hal itu gak kesampaian karena badai benar-benar parah yang membuat badan w melayang atau terlempar sambil terus berusaha keras menahan, mencari pegangan dan perlindungan biar gak benar-bernar terlempar jauh.

Setelah sempat ambil beberapa foto, kita putuskan untuk tidak berlama-lama disana. Lagian memang muncak di Merapi itu dilarang! Tujuannya ya demi keselamatan pendaki dan gak bikin repot banyak fihak kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Pendakian gunung Merapi
Pose menjelang senja
Setelah sepakat untuk menuju tenda, kami sempat berdoa supaya berhasil sampai disana. Dan w sempet bilsng ke gimbal "Aduh aku gak yakin kuat sampai bawah karena badainya semakin besar!".

Tapi dengan  visi misi yang si gimbal kasih, w berusaha sampai ke tenda. Sesekali dia kasih petunjuk track yang sebaiknya dilalui. Dan alhamdulillah sampailah kita ke tenda dengan perjuangan yang amat sangat berat dan menegangkan.

Setelah sampai disana, kita istirahat sesaat sambil menikmati manisnya melon dalam balutan badai dan angin dingin. Benar-benar nikmat yang harus disyukuri.

Setelah semua dirasa cukup, kami semua bongkar tenda, packing dan melanjutkan perjalanan turun dalam guyuran hujan rintik-rintik.

Selangkah-demi selangkah kami berempat menyusuri track yang mulai licin akibat air hujan. Sesekali dengkul berasa gemetar karena harus menopang berat badan dalam medan yang licin.

Sampai juga kami di Pos 1 dan ketemu dua orang pendaki kakak - adik asal Boyolali yang sedang istirahat disana, berteduh dari hujan yang mengguyur.

Sesaat kemudian saat mulai reda, mereka lanjut ke atas, dan kami juga melanjutkan perjalanan turun. Tapi ternyata mereka batal muncak karena memang situasinya kurang menguntungkan, apalagi jarak rumah mereka ke Merapi tidaklah jauh, jadi bisa setiap saat ke Merapi.

Dalam perjalanan turun itu, ketika sampai di Pintu Rimba, lagi-lagi kami ketemu serombongan pendaki asal Jakarta dalam jumlah yang lebih besar, 8 atau 9 orang deh.

Pendakian gunung Merapi

Minum-minum teh hangatlah kita disana sambil nunggu hujan reda untuk selanjutnya perjalanan kami lanjutkan. Makin ramai aja kondisi saat itu. Maklumlah saat orang-orang gunung udah ketemu, mereka becanda dan ngobrol tentang banyak hal, termasuk kekocakan yang tercipta saat itu.

Akhirnya perjalanan yang tinggal sekian menit kita lanjutkan bersama dalam pasukan cukup besar menuruni setapak menuju New Selo. Isitrahat lumayan lama disana, bahkan sempat ngemil dan minum teh hangat lagi dan kemudian melanjutkan kembali perjalanan ke basecamp Barameru.

Sampai basecamp w dan 9 orng pendaki yang tadi ketemu di pintu gerbang rimba itu ngeracuni 2 orang teman w buat lanjutin ke Merbabu bareng w, karena memang w berencana lanjut ke Merbabu via Selo.

Tapi karena kerja dan kedisiplinan yang bagus mereka berdua gak lanjut ke Merbabu.

Sekian cerita Mt Merapi tgl 25-26 Juli 2016
Neng Rini

Posting Komentar

0 Komentar