Tarif Simaksi Naik Gunung Naik (Lagi) Bagaimana Menyikapinya?

Yes Outdoor : Naik-naik kepuncak gunung, tinggi.. tinggi.. sekali.. Naik.. naik.. kepuncak gunung.. simaksi juga naik :)

Bukan kabar baru pastinya ketika mendengar kenaikan simaksi untuk mendaki gunung. Jadi masalah atau tidaknya-pun tergantung bagaimana kita menyikapinya. Pro - kontra sudah biasa.

Yang tidak setuju dengan kenaikan tarif tersebut pastinya punya pendapat mereka dengan argument yang kuat. Begitupun dengan yang setuju dengan kenaikan tarif tersebut, mereka punya argumen masing-masing.


Tapi kalau harus jujur, sepertinya mereka memilih supaya tarif simaksi tidaklah naik :) Kalaupun naik, biasanya akan diikuti dengan cacatatan. Misalnya jangan terlalu tinggi bedanya, fasilitas dan pelayanan ditingkatkan dll.

Saya setuju dengan yang diucapkan salah satu dari mereka, bahwa jika kenaikannya ekstrim, bisa jadi para pendaki juga akann berfikir ekstrim. Misalnya dengan memilih jalur tikus. Hal itu memang bisa saja terjadi, toh sering juga dengar dari para pelaku "penyusup" jalur tikus ini, saat mendaki dilokasi yang sebenarnya terjadi.

Sempat heran dan bertanya-tanya waktu ada teman yang bilang mau mendaki, padahal statusnya tertutup untuk pendakian. Dengan enteng dijawabnya dengan, "lewat jalur tikus"!
Mungkin pihak pengelola bisa memperhitungkan/menimbang bahwa tidak semua pendaki punya kemampuan finansial yang oke! Sehingga penerapan tarif bisa lebih bijaksana, misalnya berlaku untuk pendaki mancanegara.

Adanya pemberian trashbag bagi setiap kelompok pendaki untuk membawa kembali sampah mereka, syukur sampah-sampah lain yang tersisa. Hal ini selain mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian alam, bisa juga menumbuhkan kesadaran untuk tidak nyampah.


Jadi, untuk teman-teman, mending jangan memilih untuk lewat jalur tikus dah, lebih baik kita kencangkan ikat pinggang, menabung sedikit-demi sedikit :) dan tetap peduli kelestarian alam. Keep clean & green!

Masa sudah mahal, masih juga disuruh untuk bersihin sampah? Haha.. ya.. daripada sudah mahal, tapi gunungnya penuh dengan sampah!

Perlu dicermati juga bahwa banyak gunung di berbagai Taman Nasional yang masih menyimpan tumpukan sampah. Meski ada juga yang menyediakan tong sampah atau tempat sampah, tapi masalahnya adalah siapa yang akan membawanya turun kebawah? Petugas? Ah, masa iya mereka?

Jadi kita? Ya iya kita! Kalau bukan kita, siapa lagi? Terus uang simaksi dikemanakan? Nah itu yang bisa kita selidiki. Dikemanakan peruntukannya? Mungkin untuk bangun pos pendakian, shelter, perbaikan jalur, reboisasi dll.

Berbaik sangka aja dah :) Semoga kita tetap masih bisa naik gunung dan menikmati serta men-syukuri nikmat dan karunia kendahan alam ini.

Posting Komentar

0 Komentar