Touring Dan Jelajah 0 Mdpl Pelabuhan Ratu + Sawarna

Yes Outdoor :  Touring dengan mengendarai sepeda motor bisa jadi  pilihan asik. Dengan mengendarai motor, kita bisa secara langsung merasakan sensasi keindahan dan eksotisme jalur yang dilewati, apalagi jika perjalanan yang kita lakukan itu menempuh jarak yang cukup jauh.

Emang kemana sih? Apa bener cukup jauh? Yaelah.. benerlah.. kali ini kita gak sekedar keliling Jakarta atau Bekasi atau Depok, tapi ke Pelabuhan Ratu dan pantai Sawarna. Sempet transit sebentar juga di Karang Hawu dalam perjalanan pulang dari Sawarna ke Pelabuhan Ratu.

Saya menyarankan, jika tidak terbiasa mengendarai motor, sebaiknya ambil jalur biasa yang dilewati kendaraan umum saat menuju ke Pelabuhan Ratu. Maksudnya jangan ambil jalur Cikidang karena jalurnya cenderung lebih ekstrim dan rawan kecelakaan, dengan jalur sempit dan tanjakan serta tikungan super tajam.  Kalau di TV mungkin ada tulisannya Don't Try This At Home! 

Baru-baru ini, pada 20-22 Februari kemarin baru saja menyelesaikan perjalanan menuju Pelabuhan Ratu dan Pantai Pasir Putih dan Batu Layar  Sawarna.

Jepret!
Perjalanan yang cukup jauh itu dibagi dalam dua etape dengan mengambil tempat istirahat di Pelabuhan Ratu. Kebetulan ada bi Asri yang jadi tuan rumah sekaligus tour guide kita.

Aseek.. baru saja menginjakkan kaki di Pelabuhan Ratu, sesaat kemudian telah dihadapkan pada acara bakar ikan. Mantap!

Dengan mengambil spot di halaman belakang rumah yang berpasir (sst.. biasa dipakai untuk latihan pencak silat) kita bakar ikan rame-rame sekaligus juga menyantapnya lebih rame lagi :) wkkk.. mantep dah mantep!
Sunset @ Sawarna Beach
OTW Sawarna
Perjalanan ke Sawarna kita mulai saat hari menjelang siang, menyusuri jalanan disamping pantai  yang pastinya menyajikan pemandangan indah. Meski kami terbiasa dengan pemandangan gunung, tapi tidak mungkin kami bohong kalau pesisir disekitar Pelabuhan Ratu itu indah. Apalagi banyak tumbuhan besar yang ada disepanjang jalurnya.

Jalanan yang masih berkelak-kelok dengan kombinasi tanjakan dan jalur menurun yang kadang cukup tajam semakin membuat kita tidak boleh lengah sedikitpun. Kendaraan juga wajib dalam kondisi vital.

Perhatikan juga BBM, untuk menghindari terjadinya kekurangan pasokan BBM maka kita menyempatkan diri mengisi tangki BBM sebelum melanjutkan perjalanan. Apalagi saya yang kali ini lagi-lagi mengendarai Satria Fu, terkenal suka minum itu.
Kecelakaan di jalur Cikidang 
Sawarna
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam melalui jalur Bayah, dan sempat beristirahat disebuah warung tepi jalan/laut dengan pemandangan indah berupa hamparan laut biru dengan pasir putih dan pepohonan yang rindang, akhirnya sampai juga di pintu masuk pantai Pasir Putih Sawarna.

Seru banget nih! Waktu menyebrang jembatan gantung yang bergoyang kekanan dan kekiri karena pergerakan motor kami dengan dua diantaranya bermuatan peralatan dan logistik penuh.

Woow.. sempat berhenti menunggu goyang geboy jembatan mereda, tarik gas, mainkan kopling, gas lagi dan sampai juga disebrang sungai. Ada yang nyeletuk "Untung kita gak jatuh pas dijembatan yah?" wkkk..

Sampai juga dipantai pasir putih sawarna saat cuaca cerah dan matahari begitu terik. Syukur kita dapat satu lokasi untuk mendirikan tenda dengan fasilitas Kamar Mandi dan Cucui Kaki yang tak terlalu jauh.
Jalur Bayah deket pantai
Oh iya untuk mendapatkannya kemaren kita harus menebusnya dengan acomodation ticket sebesar Rp.10.000 /orang untuk sehari menggunakan fasilitas MCK, itu diluar tiket masuk kawasan wisata pantai Sawarna yang 5000 perak per orang. Terbilang ok sih, daripada harus selalu bayar 3000 atau 4000 sekali kita menggunakan fasilitas disana. Konon harga itu juga udah murah, karena ada yang bilang dilokasi lain tarifnya 20.000.

Bongkar Muat, Dirikan Tenda, Nikmati Pantai
Seperti telah pahan tugas masing-masing, setelah mendapatkan lokasi muatan segera dibongkar, keluarkan bekal makanan dan minuman, take some photos, pasang tenda, isitirahat dan berenang dilaut. Asik juga dengan menyewa papan selancar.

Bergatianlah di air, berenang sampai menjelah sunset. Saya sendiri mungkin menghabiskan waktu hampir tiga jam untuk bermain ombak. Belum lagi si Udin, Sandi, Simun, Beni, Mei Pacet, Bi Asri dan Rini, ah.. dasar anak gunung yang liat pantai. Ada aja gayanya :) tapi yang paling aneh tuh Simun yang baru tahu kalau rasa air laut itu asin.

"Ih teh, kok airnya berasa asin yah?" Haha.. duuh ini anak emang aneh. Gak cukup sampai disiru, saat malem juga Simuun ketakutan liat bintang, sampai-sampai kaga berani menatap langit!

Nikmati Sunset
Kebetulan sore itu cuaca cerah sehingga sunset di Sawarna juga terlihat indah ketika matahari secara perlahan tenggelam ditengah lautan dengan memancarkan cahaya jingga kemerahan.
Pemandangan Sawarna dari warung tepi jalan
Indah, mungkin itu salah satu moment yang ditunggu oleh semua orang yang berkunjung ke Sawarna Sabtu kemarin (21/2) yah? Memang mereka ada di tempat dan saat yang tepat.

Bakar Ikan Rame-rame
Malam adalah waktu yang indah dan tepat untuk bakar ikan. Kita juga tidak meu ketinggalan moment itu. Makanya, malam itu sembari masak nasi, kita juga membakar ikan. Ups.. ada yang lupa dibawa. Apa tuh? Tempat menjepit ikan.

Haha.. untung kita ngecamp  dekat warung yang dengan baik hatinya si pemilik memberi kita  pinjaman alat jepit untuk bakar ikan. Alhamdulillah.. makasih.
Narsis senarsis-narsisnya, para aktivis sosial media :) Kang Simun & Putri Pacet Provokatornya!
Dan.. singkat cerita teman kita juga hadir malam itu. Ups.. belum sebut nama. Ya mereka tuh Zs & Puad (P nya pake F). Akhirnya jadilah kita ber 10 menikmati ikan bakar rame-rame di tepi pantai.

Cleguk.. nyam.. nikmat. Nikmati alam, jalan-jalan, ngobrol sana-sini, minum kopi hangat, istirahat, tidur, pagi, bangun, foto lagi, mandi, bongkar tenda, repacking, lanjut ke Batu Layar yang lokasinya tidak jauh. Sampai juga disana sekitar 10 menit.

Kaki berasa mau turun, tapi.. ah sudahlah.. cukup menikmati dari tepinya karena memang hari udah mulai panas.

Batu layar sendiri merupakan spot favorit pengunjung Sawarna yang berupa dua buah menara batu yang berdiri diantara gugusan batu karang yang memecah ombak.

Setiap pengunjung dipastikan ingin mengabadikannya dengan kamera maupun smartphone mereka. Sebagai kenangan maupun untuk bahan narsis di media sosial.

Oh iya hampir lupa, kita juga berfoto disana kok :) Keren kan?


Posting Komentar

0 Komentar