Touring & Pendakian Gunung Salak 9-10 April 2014

Yes Outdoor :Gunung Salak adalah gunung yang cukup populer dikalangan pendaki tanah air. Khususnya mereka yang ada disekitar Jawa Barat dan DKI. Meskipun gunung ini tidak terlalu tinggi, hanya 2211 Mdpl tapi bukan berarti kita bisa dengan mudan untuk menggapai puncaknya. Kenapa? Mungkin sebagian besar dari kita juga telah mengetahui bahwa gunung Salak memiliki track yang "lumayan", bervariasi, basah dan hutannya masih terawat, itulah yang membuatnya gak mudah digapai.

Perjalanan

Kami bertiga bersama Joko Sampah, Helmi dan gw sendiri berangkat hari Kamis (10 April 2014). Setelah terlebih dulu Helmi meluncur dari Yogya dan sampai di sekitar Tegal Alur, berikutnya gw yang ijin kerja hingga tengah hari untuk segera meluncur dan bergabung dengan mereka :)

Menggunakan motor dan muatan full di pungung, motor Yamaha Byson hitam menjadi partner perjalanan menyusuri jalanan ibukota hingga ketempat Joko dan Helmi telah menunggu di Tegal Alur. Gak banyak ba bi bu, hanya sekedar jabat tangan dan makan siang, akhirnya kami putuskan untuk memulai touring hari itu pada sekitar pukul 14:45.

Perjalanan menyusuri kota Tangerang, Parung, Bogor hingga akhirnya kami sampai di basecamp pendakian di Cidahu pada sekitar 18:30. Meskipun dalam perjalanan sempat turun hujan, dan kami sempat terpisah di tengah arus kemacetan tapi akhirnya kami bersyukur bisa juga sampai di lokasi awal pendakian yang kami tuju.

Simaksi

Tanpa ba bi bu, kami segera disambut oleh petugas jaga di basecamp Cidahu. Meskipun resminya pendaftaran hanya sampai sore hari, tapi mereka masih mau melayani kami. Mungkinkan karena kasihan? Ah, sudahlah.. gw juga gak ngerti.

  1. Registrasi Rp.12.500 per orang
  2. Infak ke desa Rp.7500 per orang
  3. Penitipan Motor Rp. 15.000 per motor
  4. Camping/mendirikan tenda Rp.20.000 per malam

Kurang lebih segitulah biaya yang kami keluarkan di basecamp pendakian Cidahu.

Perjalanan

Selesai melakukan simaksi, repacking dan persiapan lain serta ba bi bu santai tentang perjalanan bermotor yang penuh "pesona" itu, dan hal-hal lain seputar pendakian gunung Salak maupun pendakian lain yang kami lakukan, akhirnya sekitar 19:30, kami melangkahkan kaki menuju jalur pendakian.

Berawal dari jalanan beraspal yang berliku, melewati camping ground yang malam itu sedang banyak tenda berdiri disana. Entah apa itu, kami gak mau tahu.. ups, kesannya sombong bingitz yak? Tapi gaklah, karena memang niat kami bertiga adalah pendakian kepuncak Salak I.

Sampai juga kami di pintu pendakian setelah melewati jembatan disungai yang airnya jernih, dibawah Javana Spa. Jalur langsung basah dan berbatu, licin juga sebagian, melewati jembatan, nyebrang parit dan saat itu telah berada di hutan.

Track yang basah membuat kami semakin berhati-hati agar sepatu kami tidak terjebak genangan air yang dalam. Tetapi itu bukan hal yang mudah karena memang jalurnya memaksa kami untuk melewatinya.

Berjalan dan terus berjalan sampailah kami di pagar besi dan ujung aspal jalur dari Javana Spa. Perlu diketahui, jalan aspal itu adalah terusan kalau kita tidak melewati jalur di gerbang jalur pendakian gunung Salak.

Perjalanan semakin memasuki hutan dengan makin banyak genangan air, lumpur dan juga jalur berbatu yang licin. Sempat istirahat sejenak, menikmati coklat dan air minum yang semakin dingin. Checking sana-sini dan kamipun menemukan ada pengikut yang bergerak menempel di sepatu dan kaki kami. Pacet. Yak, hewan ini memang akrab dengan jalur pendakian gunung Salak.

Perjalanan kembali dilanjutkan masih dengan variasi yang semakin banyak, batuan, kemiringan, tanjakakan terjal maupun sedang dan jalur-jalur yang "agak" tertutup dan terkadang sulit untuk dikenali. Hanya mengikuti patok-patok berkodekan HMXX yang menunjukkan dimana posisi kami berada.

Gak terasa waktu telah sampai pukul 02:XX dinihari saat kami mulai merasa lapar dan ngantuk. Karena memang ini merupakan pendakian malam kembali yang telah amat lama tidak kami lakukan.

Oia, pendakiannya juga tidak direncanakan & mengambil tema Pendakian Ala Jadul. Jalan malam, tidur, muncak, turun.

Memang kami rencanakan untuk tidak masak besar, sehingga makanan utama kami bawa dari rumah. Nasi timbel dan ayam bakar 6 bungkus adalah menu wajib untuk mengisi perut kami. Saat itu kami telah berada di HM.33 yang artinya tinggal berjalan sekitar 1 jam sampai ke puncak dan HM.XX (XX nya rahasia ah, biar penasaran).

Satu, dua, tiga bungkusan nasi timbel dan ayam panggang segera kami santap. Tentunya setelah mendirikan tenda dan bongkar muatan. Masak air minum & bandrek untuk penghangat yang ternyata gak diminum sampai pagi karena kami keburu tidur. Helmi kecapaian melakukan perjalanan dari Yogya, gw sendiri udah terlalu sibuk dengan kerjaan dan begadang pula, dan Joko ah, gak usah dijelasin aja dah yang satu ini. Agak males sih, karena dia cuman bawa daypack super imut... hahaha
Wal, Wil Wul dipuncak gunung Salak 2211 Mdpl :)
Makan, kenyang, tidur, bangun, sarapan pisang & manasin bandrek lagi. Pukul 08:30 kami sepakat melanjutkan sisa perjalanan ke puncak Salak I. Track langsung menanjak jadi menu pertama, dilanjutkan dengan menyisir setapak disisi jurang terjal sebelah kiri maupun kanan dengan medan yang masih basah dan lembab.

Melewati jalur yang kembali licin, menanjak dan terjal yang bahkan dibeberapa area telah disematkan tali weebing sebagai alat bantu naik. Bisa dibayangkan seperti apa tuh jalur kan? Hehehe.. biar penasaran bagi yang belum kesana, makanya gak usah dijelasin deh :) wkwk.. maklum lagi pelit  nih.

Sampailan kami di medan yang mirip puncak, dari tempat kami memandang sebelumnya. Ternyata itu memang puncak. Yak, Puncak Bayangan. Duh php deh. Sampai disitu, jalur menurun lagi untuk kemudian menghentak, nanjak teruuus, teruss,,, sampai arena yang mulai bisa dibawa lari... cie..cie..cie.. lari :)

Tepat 09:30 lebih kurangnya dikitlah, kami (berurutan, Joko, saya, Helmi) sampai dipuncak. Alhamdulillah. Selebrasinya sederhana banget. Cuma makan selai, pisang ambon satu untuk bertiga atau berdua gw lupa, dan minum serta jeprat jepret narsis dalam level yang tidak berlebihan. Karena kami memang orang-orang pemalu wkk..

Turun Gunung

Pagi itu ketika masih dipuncak, Joko nyeletuk "Makan yuk!" Wah, boleh juga. Yuk.. eit ternyata makanannya ada di tenda. Memang sengaja gak dibawa muncak kok.

Oke, mari kita makan! Turun dari puncak menunggu HM33, butuh waktu sekitar satujam lagi, karena ada aktivitas narcis lagi, tapi tepatnya adalah dokumentasi perjalanan,  foto sana sini.

Sekitar pukul 11:xx sampailah kami ditempat dimana tenda kami berdiri. Dikeluarkanlah persediaan terakhir nasi timbel dan ayam bakar. Ups.. hampir lupa, kami makan tidak dipuncak melainkan di HM33 itu karena memang diperuntukkan sebagai bekal tenaga turun kami sampai basecamp pendakian.

Turun, turun, turun.. Meskipun pada suatu kami tak lagi dalam satu rombongan yang sempet membuat kami bertiga berasa feeling confuse tapi akhirnya bertemu juga di pertigaan jalan dan jalur menuju Javana Spa disekitar pagar besi.

Joko sempet menunggu di sungai, Helmi diem di luar pagar, dan saya juga menyusul dipagar itu. Kami berdua akhirnya sama-sama menunggu Joko yang juga sedang menunggu kami :) wkkk.. kasus dah kasus..

Cuma dengan sedikit kecerdikan, kami gunakan botol minuman isotonic yang ditaruh diujung jalur aspal Javana Spa. Yangmana itu membantu Joko menemukan jejak kami yang menunggu disebuah saung sambil ketawa melihat kebingungan dia ketika kami bertiga ngumpul lagi.

Aaaarrrggghh... akhirnya kami benar-benar bersatu lagi disana, bercanda dan bercerita tentang pengalaman kami untuk sampai dilokasi itu. Seru dah seru :)

Akhirnya, kembali kami lanjutkan perjalanan menuju basecamp pendakian gunung Salak. Sampai disana  menjelang petang, bersih-bersih dan melakukan persiapan untuk perjalanan pulang. Weits... gak lupa kami beli cinderamata yang kebetulan dijual disana.

Setelah beres semua, akhirnya kami putuskan melanjutkan perjalanan bermotor kami ke area Tegal Alur. Jalan yang kami pilih adalah jalur kota, melalui Depok dan Cawang, Grogol,  Cengkareng hingga perjalanan berakhir di markas bro Joko. Sempet ngedorong motor di sepanjang jalan protokol, dan menemukan tukang tambal ban tepat pukul 00:00.

Apapun itu, Touring dan Pendakian Gunung Salak 9-10 April 2014 ini  adalah salah satu perjalanan yang layak untuk dicatat :)

Hah? dicatat? pensil mana pensil?
.

Posting Komentar

0 Komentar