Please please me


Aku masih suka aktifitas ini. Naik turun gunung, memasuki hutan, bermalam disana. Mendengar nyanyian alam. Burung-burung itu, deruan angin dan banyak hal yang tidak bisa didapat dari kota.


Saat lagi sendiri kaya ini, ga jarang pikiran terbang melayang jauh. Meniti satu persatu jalanku bermain-main di alam ini. Sudah cukup lama ternyata waktu pertama kali aku naik gunung.

Alumnus Gunung Slamet 1992, hahaha.. Masih ingat saat-saat itu. Bareng temen-temen SMA dalam 1 wadah  Gaspala yang baru lahir. Kenangan tidur didalam hutan, terinjak pendaki lain yang lewat. Melihat burung yang selalu hadir dekat dengan kita, berpindah tempat kesana kemari waktu kita turun.


Melihat takjub dengan indahnya sunrise dari Plawangan di pagi yang dingin. Hari-hari berikutnya akrab dengan Sundoro, Sumbing, Merbabu, Merapi dan juga Lawu. Hampir tiap ada kesempatan, Sabtu-Minggu berkunjung kesana satu persatu.


Memang waktu itu sudah lama berlalu tapi tidak untuk apa yang telah terekam disana. Tidak ( mungkin ) terhapus begitu saja. Di Lawu, waktu nganter satu rekan saya  Toso Dawet, yang  mabuk arak putih geratisan dari temen Surabaya ;), kepaksa turun sendirian malam itu, membawanya ke basecamp Cemoro Sewu. Menitipkannya dan kembali berlari naik mengejar kawan-kawanku yang ga bersedia turun karena alasan tertentu.


Sumbing, waktu puasa 21 hari. Nekat mendaki bersama dua rekanku lagi yang gagal karena hujan deras dan badai yang memaksa kami turun kebawah dan sempet bermalam di kebun diatas tumpukan pupuk kandang yang terasa hangat itu. Hahaha.. baru ketahuan pagi harinya, ternyata itu bukan tanah jo.. tapi kotoran sapi / kerbau... anjrit... baunya baru keluar pagi itu.


Merbabu terakhir mungkin sekitar 97, bareng anak-anak gaspala dan juga Gopex Nyoss serta Tile. Tile.. lu dimana sekarang? Setelah nganter anak-anak gaspala naik bus, kita bertiga ikut gabung dalam  pencarian pendaki asal Semarang yang hilang. Walau akhirnya ketemu dalam cuaca yang berguyur hujan dan berselimut kabut. Tapi sayang.. dia telah meninggal.... we all love you friend. Banyak cerita lain di Merbabu sebenarnya..


Merapi 1994. Pendakian Nekat yang dilarang. Ya waktu itu kami dilarang mendaki Merapi karena gunungnya lagi batuk-batuk. Itulah pendakian masa SMA yang kadang kurang info, karena sarana komunikasi tidak seperti sekarang ini yang tinggal pencet hp dan halo-halo. Waktu itu kami disarankan untuk mendaki Merbabu aja yang aman. Tapi dasar anak-anak, setelah turun kembali kejalan dan sarapan di warung, kami-pun mengadakan rapat darurat. Hasilnya kami akan tetap naik Merapi dan muter mencari jalan tanpa lewat basecamp. Masih inget dengan moto kami yang katro dulu NEKAD...


Meski akhirnya kami semua berhasil naik pada malam itu, tapi di puncak memang tidak terasa dingin, dan kubah lavanya terlihat sangat besar. Waktu turun, malah harinya sekitar jam 22 atau 23 an di radio diberitakan bahwa Gunung Merapi meletus hebat... Ya Allah terima kasih Kau telah menyelamatkan kami tepat pada waktunya. Ga kebayang kalau kami masih disana telat sehari aja.. gimana jadinya? Ah sudahlah.. itu bisa kita ambil hikmahnya.


Sindoro 93 awal naik kesana. Naik berdua dengan Dani Surip, berjalan berdua menyusuri jalur desa, perkebunan dan jalur pendakian yang belum pernah kami lewati. Ke Sindoro dengan ( lagi-lagi ) turunnya diikutin burung. Naik berdua yang sempet bikin kami bersitegang waktu turun. Karena saya pengin cepat-cepat turun, sedangkan Dani pengin istirahat, istirahat dan istirahat malah sempet tidur dia... dasar...




Gunung Slamet memang gunung yang gunung banget. Hutannya, penghuninya, juga area puncaknya begitu sempurna. Ketika pagi hari kita tiba di Pos Plawangan, maka kita akan mampu merekam kejadian alam, sunrise yang indah dan mampu menggugah kita untuk kembali kesana.


Masih ingat waktu itu saya baru pulang dari Gunung Slamet sore hari di rumahm ketika pagi harinya Gopex datang dan langsung mengajak saya untuk lagi-lagi naik ke Slamet. Dan anehnya tanpa banyak tanya ini itu, segera saja saya jawab "Ayo !" Dilanjutkan packing barang yang sebenarnya belum lagi dijemur dan belanja perbekalan. Berdua kami di sana selama 1 Minggu dan berhasil memperoleh hadiah berupa badai yang dhsyat selama 6 jam. Malam hari sampai jam 4 pagi. Dan diakhiri dengan evakuasi pendaki asal Bekasi, Panjul namanya ( kalau ga salah ) dari Perumnas III, yang terjatuh ke dalam kawah. Menaikkan ke atas dan turun ketenda untuk kemudian dibawa kembali ke desa. 


Gunung Slamet, banyak cerita yang bisa digali darimu. Ingin rasanya melihat sunrisemu, menyusur jalan setapak dalam hutanmu. Tersenyum melihat lutung-lutung diatas pohon sekitar mata air. Ah banyak sekali rasanya.Ciremai, Gede, Raung dsb sungguh memberikan satu hal yang tak terlupakan.

Menemukan sobat yang baik, orang-orang yang hebat, senyum, tangis canda-tawa dan banyak kenangan lainnya. Pingin rasanya mengulang napak tilas itu, Slamet-Sindoro-Sumbing-Merbabu-Merapi dan Lawu. Moga masih ada waktu di bulan-bulan kedepan, sebelum (lagi / again) ke Mahameru, Rinjani ataupun Kerinci. Semoga. Please please me...

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Salam persahabatan..... semoga tetap solid sob.
    kunjungan balik ke:

    http://dalam-kesendirian.blogspot.com/2009/12/please-do-not-change-this-code-for.html

    BalasHapus
  2. Peace Kriez.. thanks, ya saya msh inget itu... dalam-kesendirian, nice blog!!!

    BalasHapus
  3. wah pengalaman yang sangat indah sob, ditempatku nggak ada pegunungan...

    BalasHapus
  4. @deni hermawan, Kepri.. wah indah tuh. Ga harus pegunungan, pantai juga Oke kan? :D jalani yang kita suka.. se7 kan?

    BalasHapus

Silahkan meninggalkan jejak disini bro & sist :)