Yess Outdoor : Tadi pagi-pagi sekali membaca berita tentang harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) yang konon telah .punah antara tahun 1950 - 1980 an.
Terlepas dari benar atau tidaknya pernyataan tersebut, harimau Jawa tersebut dianggap masih misterius.
Meskipun keberadaannya memang sangat susah untuk ditemui, tetapi paling tidak dari kabar/cerita beberapa orang yang ada disekitar hutan ketika saya melakukan berbagai perjalanan naik/turun gunung masih ada yang mengatakan kalau harimau tersebut masih ada.
Harimau Jawa : Apakah hanya tinggal cerita atau lukisan? |
"Kesaksian warga itu sebenarnya memberi harapan pada kita bahwa harimau jawa belum benar-benar punah meski peluang untuk bisa menjumpainya sangat kecil," kata Toni Artaka, Koordinator Ekspedisi Eksplorasi Ekologi Ranu Tompe Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) kepada Tempo, Rabu, 16 Oktober 2013.
Harapan itu bersambung dengan penemuan bekas cakaran (marking) hewan karnivora di pohon pampung atau pohon katesan (Macropanax dispermus) pada Rabu, 9 Oktober lalu. Bekas cakaran di posisi 140 sentimeter dari permukaan tanah. Panjang cakaran dan jarak antarkuku terluar pada bekas cakaran berukuran lebih dari 13 sentimeter, melebihi ukuran sekitar 19 cakaran yang membekas di banyak pohon lainnya.
Berdasarkan literatur yang diketahui Toni, karakter cakaran sebesar itu dimiliki Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Harimau Jawa. Sedangkan ukuran cakaran macan tutul jawa (Panthera pardus melas) kurang dari 13 sentimeter.
Selain itu, tim juga menemukan banyak jejak tapak kaki (foot print), tahi (faeces) satwa karnivora berukuran besar. Mahmudin Rahmadana, rekan Toni, mengaku baru pertama kali melihat tahi hewan pemakan daging yang besarnya melebihi rata-rata ukuran tahi macan tutul. Diameter kotoran itu antara 3,6 sampai 3,8 sentimeter dengan panjang rata-rata 6 sentimeter.
"Saya sudah pernah lihat kotoran macan tutul sekitar sepuluh kali, tapi baru kali ini lihat yang berukuran besar. Bisa jadi kotoran ini berasal dari macan tutul dewasa berukuran besar dan bisa jadi itu kotoran harimau," kata Mahmudin.
Kepala Balai Besar TNBTS Ayu Dewi Utari mendukung pernyataan anak buahnya. Menurut Ayu, sampai saat ini belum ada literatur sahih yang memastikan kepunahan Harimau Jawa. Sebaliknya, banyak warga yang mengaku pernah melihat 'macan loreng', sebutan lokal warga tepian hutan untuk Harimau Jawa. "Sebagai dugaan, kami kira sah-sah saja bila kita menduga Harimau Jawa masih ada. Apa dan bagaimana harimaunya, di mana lokasinya, itu membutuhkan penelitian ilmiah yang intensif dan komprehensif," kata Ayu.
Semoga, Harimau Jawa tersebut memang tidak benar-benar telah musnah dan tentunya diperlukan adanya penelitian ilmiah yang lebih dalam lagi untuk mengungkap keberadaannya.
0 Komentar
Silahkan meninggalkan jejak disini bro & sist :)