Yes Outdoor : Pernah gak mendengar Curug Kembar? Pernah bro, yang di Sukabumi itu kan? Yang deket dari daerah pantai dan yang pernah ada di TV Swasta Nasional?
Hoo.. hooo.. tempatnya benar, tapi curug Kembar yang ini bukanlah yang itu. Yang ini ada disekitar Situ Gunung. Sebuah area yang indah, dengan bentang alam yang menawan dan hawa sejuk yang begitu terasa.
Pada hari Sabtu, Minggu (6-7 September) kemarin, bersama dengan Sholah, Abeh, Nuria, Sarul, Rini berkesempatan untuk meluangkan waktu di daerah Situ Gunung Sukabumi. Itu adalah salah satu aktivitas dadakan alias tidak direncanakan terlebih dahulu.
Berangkat dari Jakarta mengendarai Byson, bersama si Seterong, Rini dari sekitar pukul 4, menyusuri jalur menuju Sukabumi yang kebetulan sangat padat, dan sempat diguyur hujan lebat di Bogor yang memaksa kami harus menepi dan beristirahat cukup lama.
Hujanpun reda dan perjalanan kami lanjutkan menuju Sukabumi dan demi menghindari kemacetan jalur Ciawi, maka dipilihlah jalur Cipaku - Cigombong, yang kebetulan juga malam itu begitu padat sehingga memaksa kami harus mengatur laju si Byson.
Akhirnya mendekati pukul sepuluh malam sampailah kami di rumah bi Nuria, lokasi baru yang baru petama kami tuju. Ternyata disana telah ada pasukan Sukabumi ( Sholah, Abeh, Nuria, Sarul, Sholah ). Setelah sempat berngobrol ria sekitar hampir 2 jam akhirnya malam itu kami putuskan jalan meuju satu lokasi untuk memasang 2 tenda di area terbuka yang berhawa sejuk.
Setelah sempat ngobrol dan memasak air untuk menghagatkanbadan dengan kopi dan bandrek, kami segera istirahat malam dan terbangun saat subuh.
Ternyata bi Nuria dan mang Abeh harus pulang cepet karena ada keperluan kampus dan gak tahu mang Abeh mah.. da.. teu puguh tea :) Setelah kami bongkar tenda, sekitar pukul 7 pagi, dengan 4 orang tersisa meluncur ke curuh Kembar.
Jalan Setapak, Aliran Air dan Hutan
Kesan yang itangkap dari perjalanan menuju lokasi adalah keindahan alam, dengan jalan setapak yang cenderung datar dengan aliran air jernih dari mata air serta hutan yang tergolong lebat, tapi tak mengurangi keindahan jalur yang kami lewati.
Setelah menyusuri jalanan datar dan sesekali menerjang lumpur basah, akhirnya kami menemukan pertigaan ke arah kiri, dimana jalur itulah yang membawa kami kearah curug Kembar. Alhamdulillah, tidak nanjak. Astaghfirullah.. curam sekali jalur ini... Hahaha.. itulah seikit ekspresi saat menemukan jalur akar pohon dibibir jurang dengan suara aliran air yang semakin jelas.
Gak ada jalur lain nih? Hehehe.. ya inilah jalurnya! Akhirnya satu persatu kami menuruni jalur itu, bergantungan diakar-akar bermacam ukuran yang untungnya kuat untuk menopang beban kami, sebab sekali saja akar patah, bisa saja kami terperosok, terjatuh dalam jurang hingga ke dasarnya.
Alhamdulillah, selesai juga merayap di akar, jalan masih menurun terjal dan uwow.. nemu lagi jalur "ekstreme" tapi bukan akar, dan kami harus melewatinya dengan alat bantu tali untuk pegangan. Meskipun dengan sedikit susah payah, akhirnya sampailah kami didasar tebing itu.
Selanjutnya menyusuri tepian aliran sungi dengan air jernih dan dingin, berjalan diantara batuan yang menonjol dan menyeberanginya untuk kemudian menyusuri jalur setapak menuju ke Curug Kembar.
Gak memakan waktu lama, sampailah kami di lokasi dimana dua buah luncuran air terjatuh didasar, dengan area yang cukup luas serta angin kencang akibat efek air yang terjun dari atas tebing yang tinggi.
Harap diperhatikan, bahwa batuan disekitar curug tersebut agak licin, sehingga kita harus ekstra hati-hati ketika melangkahkan kaki diantara batuan tersebut. Jangan sampai terpeleset atau terjatuh.
Menikmati curug Kembar, bisa jadi obat yang ampun dalam meluruhkan rasa suntuk akibat aktivitas harian kita di kota. Memang, negeri ini kaya akan keindahan alam.
Jangan Tinggalkan Sampah
Satu hal yang selalu mengganggu kenyamanan dalam menikmati keindahal alam adalah sampah para pendatang yang tidak memiliki kesadaran untuk melestarikan alam.
Meskipun area curug Kembar ini tidak begitu populer, tapi ternyata ada saja orang yang mengunjunginya. Hal ini terbukti dengan ditemukannya sampah-sampah plastik diberbagai tempat sepanjang jalan menuju kelokasi.
Mereka dengan mudahnya membuang sampah disembarang tempat, khususnya sampah plastik. Padahal kan sampah plastik akan bisa terurai hingga 400 tahun berikutnya?
Oh tidaak.. jangan kotori lagi alam kita dengan sampah. Semoga kita jadi orang-orang yang memiliki kesadaran tinggi untuk bisa menjaga alam ini, minimal dengan tidak membuang sampah sembarangan. Syukur kalau kita punya kesadaran untuk mau membersihkan sampah yang berserakan dialam. Kebetulan kami juga melakukan itu, memunguti sampah mereka yang berserakan, sepanjang perjalanan pulang kami :) Salut untuk kawan-kawan seperjalanan. Terus jaga kesadaran akan rasa peduli dan menjaga kebersihan alam dari sampah-sampah orang yang belum sadar lingkungan.
Hoo.. hooo.. tempatnya benar, tapi curug Kembar yang ini bukanlah yang itu. Yang ini ada disekitar Situ Gunung. Sebuah area yang indah, dengan bentang alam yang menawan dan hawa sejuk yang begitu terasa.
Pada hari Sabtu, Minggu (6-7 September) kemarin, bersama dengan Sholah, Abeh, Nuria, Sarul, Rini berkesempatan untuk meluangkan waktu di daerah Situ Gunung Sukabumi. Itu adalah salah satu aktivitas dadakan alias tidak direncanakan terlebih dahulu.
Berangkat dari Jakarta mengendarai Byson, bersama si Seterong, Rini dari sekitar pukul 4, menyusuri jalur menuju Sukabumi yang kebetulan sangat padat, dan sempat diguyur hujan lebat di Bogor yang memaksa kami harus menepi dan beristirahat cukup lama.
Hujanpun reda dan perjalanan kami lanjutkan menuju Sukabumi dan demi menghindari kemacetan jalur Ciawi, maka dipilihlah jalur Cipaku - Cigombong, yang kebetulan juga malam itu begitu padat sehingga memaksa kami harus mengatur laju si Byson.
Indah sekali |
Setelah sempat ngobrol dan memasak air untuk menghagatkanbadan dengan kopi dan bandrek, kami segera istirahat malam dan terbangun saat subuh.
Ternyata bi Nuria dan mang Abeh harus pulang cepet karena ada keperluan kampus dan gak tahu mang Abeh mah.. da.. teu puguh tea :) Setelah kami bongkar tenda, sekitar pukul 7 pagi, dengan 4 orang tersisa meluncur ke curuh Kembar.
Jalan Setapak, Aliran Air dan Hutan
Kesan yang itangkap dari perjalanan menuju lokasi adalah keindahan alam, dengan jalan setapak yang cenderung datar dengan aliran air jernih dari mata air serta hutan yang tergolong lebat, tapi tak mengurangi keindahan jalur yang kami lewati.
Setelah menyusuri jalanan datar dan sesekali menerjang lumpur basah, akhirnya kami menemukan pertigaan ke arah kiri, dimana jalur itulah yang membawa kami kearah curug Kembar. Alhamdulillah, tidak nanjak. Astaghfirullah.. curam sekali jalur ini... Hahaha.. itulah seikit ekspresi saat menemukan jalur akar pohon dibibir jurang dengan suara aliran air yang semakin jelas.
Gak ada jalur lain nih? Hehehe.. ya inilah jalurnya! Akhirnya satu persatu kami menuruni jalur itu, bergantungan diakar-akar bermacam ukuran yang untungnya kuat untuk menopang beban kami, sebab sekali saja akar patah, bisa saja kami terperosok, terjatuh dalam jurang hingga ke dasarnya.
Alhamdulillah, selesai juga merayap di akar, jalan masih menurun terjal dan uwow.. nemu lagi jalur "ekstreme" tapi bukan akar, dan kami harus melewatinya dengan alat bantu tali untuk pegangan. Meskipun dengan sedikit susah payah, akhirnya sampailah kami didasar tebing itu.
Selanjutnya menyusuri tepian aliran sungi dengan air jernih dan dingin, berjalan diantara batuan yang menonjol dan menyeberanginya untuk kemudian menyusuri jalur setapak menuju ke Curug Kembar.
Hasil berburu sampah dan botol plastik |
Harap diperhatikan, bahwa batuan disekitar curug tersebut agak licin, sehingga kita harus ekstra hati-hati ketika melangkahkan kaki diantara batuan tersebut. Jangan sampai terpeleset atau terjatuh.
Menikmati curug Kembar, bisa jadi obat yang ampun dalam meluruhkan rasa suntuk akibat aktivitas harian kita di kota. Memang, negeri ini kaya akan keindahan alam.
Jangan Tinggalkan Sampah
Satu hal yang selalu mengganggu kenyamanan dalam menikmati keindahal alam adalah sampah para pendatang yang tidak memiliki kesadaran untuk melestarikan alam.
Meskipun area curug Kembar ini tidak begitu populer, tapi ternyata ada saja orang yang mengunjunginya. Hal ini terbukti dengan ditemukannya sampah-sampah plastik diberbagai tempat sepanjang jalan menuju kelokasi.
Mereka dengan mudahnya membuang sampah disembarang tempat, khususnya sampah plastik. Padahal kan sampah plastik akan bisa terurai hingga 400 tahun berikutnya?
Oh tidaak.. jangan kotori lagi alam kita dengan sampah. Semoga kita jadi orang-orang yang memiliki kesadaran tinggi untuk bisa menjaga alam ini, minimal dengan tidak membuang sampah sembarangan. Syukur kalau kita punya kesadaran untuk mau membersihkan sampah yang berserakan dialam. Kebetulan kami juga melakukan itu, memunguti sampah mereka yang berserakan, sepanjang perjalanan pulang kami :) Salut untuk kawan-kawan seperjalanan. Terus jaga kesadaran akan rasa peduli dan menjaga kebersihan alam dari sampah-sampah orang yang belum sadar lingkungan.
4 Komentar
Kang klo sudah sampai di Cisaat terus arahnya kmn lagi ?
BalasHapusTrims udah mampir :) Dari alun-alun Cisaat pas pertigaan tinggal ambil arah ke Situ Gunung. Saat ini malah udah ada jembatan gantung yang panjang disana. Bisa masuk dari gerbang Situ Gunung ataupun Curug sawer yang sementara ini yang jadi destinasi wisata karena yang lain aksesnya belum dibuka untuk umum dengan pertimbangan safety
HapusKatanya diatas curug kembar ada curug lagi kang ?
BalasHapusNamanya curug bengkok dan masih jarang dikunjungi orang
:) ada beberapa Curug besar di area tersebut, tapi memang ( sebenarnya ) sampai sekarang tidak dibuka untuk umum oleh pengelola wisata situ gunung dengan pertimbangan keselamatan dan kelestarian alam disana. karena suplay air yang ada juga sebagai sumber air utama untuk wilayah Sukabumi yang dikelola oleh PDAM. Kalau sampai ekosistemnya rusak tentunya akan berpengaruh pada suplay dan kualitas airnya
HapusSilahkan meninggalkan jejak disini bro & sist :)