Gunung Slamet Masih Terus Bergejolak dan "Batuk"

Yes Outdoor : Gunung Slamet masih bergejolak hingga Selasa (19/08/2014) dimana sejak pukul 06.00 hingga 12.00 WIB, tampak asap putih tebal setinggi 150 hingga 600 meter dari puncak.

Menurut informasi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) selama enam jam gunung Slamet tercatat 1 kali letusan abu vulkanik berwarna kecoklatan setinggi 300 meter, condong ke barat dan 33 kali gempa letusan dan 115 kali gempa hembusan.

Menurut juru kunci Gunung Slamet, Warjono (75) seorang warga Desa Jurangmangu, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang ini menjelaskan aktivitas gunung kedua tertinggi di Pulau Jawa tersebut saat ini sedang dehem atau batuk biasa.

"Tidak usah ditakuti. Gunung Slamet tidak akan meletus, karena hanya akan ambles ke bumi saat kiamat. Karena Gunung Slamet yang paling besar tidak ada yang menandingi, kalau tingginya memang ada," jelas Warjono.

Menurutnya yang dialami Gunung Slamet saat ini merupakan siklus alam biasa yang tidak akan sampai membahayakan warga seperti peningkatan aktivitas yang pernah terjadi sebelumnya. "Karena namanya Slamet yang ada di bawah Gunung Slamet akan selamet," katanya.

Sementara itu, Kepala Pos Pengamatan Gunung Slamet, Sudrajat di Gambuhan, Pemalang, mengatakan dalam 12 jam sejak Selasa (19/8) pukul 24.00 hingga pukul 12.00, letusan strombolian dengan lontaran material pijar teramati sebanyak 34 kali dengan ketinggian 50 hingga 400 meter dari puncak Gunung Slamet.

"Dalam 12 jam terakhir, Lontaran material pijar sebelumnya selalu diikuti dengan 6 kali suara dentuman, dan terdengar 29 kali suara gemuruh sedang hingga kuat," kata Sudrajat, Selas (19/8/2014).

Menurutnya, yang cukup menonjol adalah gempa hembusan yang tercatat 222 kali dan gempa letusan sebanyak 70 kali.

"Sejak Selasa )19/8) pagi hingga siang terlihat asap hembusan putih dengan ketinggian antara 150 hingga 600 meter dan letusan abu kecoklatan setinggi 300 meter ke arah barat,"ungkapnya.

Dia menjelaskan, aktivitas Gunung Slamet masih tinggi dengan ditandai berbagai macam aktivitas letusan maupun kegempaan tersebut.

"Saat ini, rekomendasi masih tetap sama, tidak boleh ada aktivitas pada radius 4 km dari puncak,"tegasnya.

Sementara itu, Kepala BPBD Purbalingga Priyo Satmoko mengatakan, pihaknya telah menyiapkan lokasi titik kumpul dan titik pengungsian di tiga wilayah kecamatan terdampak erupsi Gunung Slamet di wilayah Purbalingga, yakni di wilayah Kecamatan Karangreja, Kutasari dan Mrebet.

"Saat ini, kami mulai melakukan sosialisasi Kepada warga yang tinggal disekitar lereng Gunung Slamet, terkait lokasi titik kumpul dan titik pengungsian apabila terjadi erupsi,"ungkapnya.

Dia menjelaskan, dari tiga kecamatan terdapat 10 desa yang rawan terkena dampak letusan Gunung Slamet.

"Di tiga kecamatan di Purbalingga ini ada 10 desa yang jaraknya cukup dekat dengan puncak Gunung Slamet," jelasnya.

Menurutnya, ada dua desa yang terdekat dengan Gunung Slamet, jaraknya sekitar sembilan kilometer dari puncak gunung, yakni Desa Kutabawa dan Serang di Kecamatan Karangreja.

"Desa-desa lainnya jaraknya dengan Gunung Slamet lebih dari 10 kilometer. Dan juga, saat ini kami memfokuskan kegiatan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi kemungkinan Gunung Slamet meletus di Dusun Bambangan dan Gunungmalang, yang jaraknya paling dekat dengan Gunung Slamet," ungkapnya.

.

Posting Komentar

0 Komentar